Film & MusikHiburan

Yulia Evina Bhara: Pusbangfilm Beri Apresiasi Film Istirahatlah Kata-kata

JAKARTA, biem.co — Film “Istirahatlah Kata-kata” telah menjadi film yang wajib ditonton pada akhir Januari ini, film yang bergenre drama dan biografi tersebut mengisahkan tentang pelarian seorang Wiji Thukul ke tanah Pontianak. Film ini juga telah mendapat komentar baik dari masyarakat Indonesia dan juga para sineas Indonesia.

Tak hanya itu, film ini pun mampu membawa nama baik Indonesia. Film yang pada 2016 mendapatkan penghargaan Golden Hanoman Award sebagai film Asia Terbaik Pertama di kategori kompetisi JAFF Award ini pun sudah melanglang buana ke berbagai festival film Internasional. Seperti Festival del Film Locarno di Swiss, The Pacific Meridian International Film Festival Vladivostok di Rusia, FilmFest Hamburg di Jerman, Festival Des 3 Contines di Prancis, International Film Festival Rotterdam di Belanda dan lain-lainnya. Sungguh membanggakan dunia perfilman Indonesia, bukan? Namun sayang, film tersebut baru tayang di 23 bioskop di 12 kota, banyak masyarakat berharap film tersebut ditayangkan serentak di seluruh bioskop tanah air.

Pada 24 Januari lalu, Pusat Pengembangan Perfilman Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia bersama produser film “Istirahatlah Kata-kata” mengadakan nonton bersama film Wiji Thukul tersebut.

Baca juga: Nonton Bareng dan Ngamen Puisi ‘Istirahatlah Kata-kata’

Semua yang ikut nobar berkesempatan menyaksikan film “Istirahatlah Kata-Kata” secara gratis di Plaza Senayan XXI pukul 16.00. Pusbangfilm mengadakan kuis berhadiah 30 tiket nonton film tersebut untuk 30 pemenang di jejaring Twitter dan memberikan kesempatan lain untuk mendaftarkan diri melalui surel jika ingin ikut menonton, namun antusias masyarakat yang ingin menonton gratis film tersebut ternyata di luar batas, hingga akhirnya pendaftaran ditutup. Dari catatan data registrasi, penonton yang hadir sekitar 320 orang.

Yulia Evina Bhara, selaku produser film tersebut sangat mengapresiasi nobar yang diadakan pusbangfilm, nobar tersebut ia maknai sebagai apresiasi pusbangfilm untuk film “Istirahatlah Kata-kata”. Film “Istirahatlah Kata-kata” adalah sebuah upaya dari anak muda untuk menghadirkan secuplik sejarah melalui hidup Wiji Thukul. Peserta nobar pusbangfilm adalah guru, pelajar, dan mahasiswa.


Para peserta nobar film “Istirahatlah Kata-kata” bersama Pusbang Film. (Foto: twitter.com/pusbangfilm).

Yulia bercerita bahwa, film ini melalui 1,5 tahun untuk riset dan menulis naskah, lalu 6 bulan dihabiskan untuk mempersiapkan produksi hingga film selesai. Mengawali dengan riset literatur, yang didapat dari Ihio University, Majalah TEMPO edisi Wiji Thukul dan beberapa ulasan Wiji Thukul yang memang sudah dibuat.

Tak hanya itu, mereka pun bergerak menemui kawan-kawannya, kenalan, dan keluarga. Mereka menemui teman Wiji Thukul di Solo, teman-temannya di PRD (Partai Rakyat Demokratik) seperti Danial Indra Kusuma, Vije, Raharja Waluya Jati, Nining, Lilik HS, dan banyak lagi. Mereka pun intens dengan keluarga, hingga bertemu khusus dengan Pak Jaap Erkelens—sahabat Wiji Thukul—yang pertama kali membuat surat pembaca pada Koran Kompas 18 Februari 2000.

Yulia melanjutkan, bahwa mereka berfokus pada kisah pelarian Wiji Thukul di Pontianak dan menemui Thomas, Djueng, Ida, Martin dan Masiun. Di Pontianak lah proses produksi film dilakukan.

“Umumnya cerita Wiji Thukul senada dari kawan-kawannya yang kami temui, namun di Pontianak kami menemukan Wiji Thukul yang lebih kompleks lagi. Proses riset yang kami lalui kalau buat saya pribadi adalah juga sekolah kehidupan, terlalu berharga dan tak memungkinkan didapat dari sekolah formal manapun,” lanjut Yulia Evina.

Baca juga: Film Istirahatlah Kata-kata, Kisah Perjuangan Wiji Thukul

Antusiasme para penonton sangat tinggi, yang terlihat di sana tidak hanya anak muda, melainkan para orang tua pun ikut serta hadir. Bahkan tidak hanya dari Jakarta, dari luar Jakarta pun ikut menghadiri nonton bersama pusbangfilm tersebut.

Yulia berharap, semoga film Istirahatlah Kata-Kata menjadi pematik untuk mencari tahu lebih banyak tentang Wiji Thukul, “membicarakan kembali bahwa dalam sejarah kita, Wiji Thukul dan 12 orang pejuang demokrasi belum kembali. Nobar ini kami harapkan untuk terus merawat ingatan dan mendistribusikan ingatan kepada lebih banyak orang,” ujar Yulia.

Banyak penonton yang senang dengan nonton bareng pusbangfilm tersebut, “beberapa kata-kata Wiji Thukul menjadi bahan refleksi, sederhana namun bermakna, wajib ditonton pemuda Indonesia. Terimakasih juga untuk pusbangfilm yang telah mengadakan nobar gratis film ini, semoga bisa sering lebih lagi, bikin aktivitas dengan polling film Indonesia yang paling diinginkan, terimakasih pusbangfilm,” ujar Danasmoro salah satu peserta nobar. [uti]

Editor: Andri Firmansyah

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button