InspirasiOpini

Achmad Rozi El Eroy: I’tikaf; Antara Masjid dan Mall

Oleh Achmad Rozi El Eroy

biem.co — Fenomena sosial sejak dulu sampai hari ini, kita bisa lihat dengan mata kepala telanjang, khususnya menjelang sepuluh hari terakhir di bulan Ramadan, kita akan diperlihatkan pusat-pusat perbelanjaan mulai ramai didatangi oleh masyarakat.  Mulai orang kota maupun orang kampung yang datang dari pinggiran ibu kota mulai berdatangan untuk berbelanja di pusat perbelanjaan (Mall). Mulai dari anak-anak, remaja, pemuda dan orang dewasa bahkan ibu-ibu dan bapak-bapak pun tidak luput mereka sibuk pergi ke tempat perbelanjaan di Mall. Tidak hanya Mall, di trotoar jalan, taman-taman, bahkan alun-alun pun dijadikan sebagai tempat pusat perbelanjaan dadakan oleh pedagang kaki lima. Di situ kita disuguhi pemandangan masyarakat yang sedang berperilaku konsumtif dalam setiap tahunnya, membeli barang yang kadang-kadang tidak ada kaitannya dengan ibadah Ramadan.

Kalau kita amati secara kasat mata, perilaku konsumtif masyarakat menjelang lebaran Idul fitri akan cenderung naik dua kali lipat dari bulan biasanya, bahkan bisa lebih. Kecenderungan tersebut menjadi hal yang “lumrah” karena pada momentum Idul fitri, masyarakat membuat sebuah pesan yang seragam, yaitu harus tampil dan bergaya maksimal di hari kemenangan 1 Syawal mendatang. Pesan tersebut pun diamini oleh industri perbelanjaan, maka lengkaplah pusat-pusat perbelanjaan menjadi ramai, menjadi riuh, dan heboh.

Di sisi lain, menjelang sepuluh hari akhir Ramadan, kita menyaksikan masjid-masjid menjadi sepi, shalat tarawih sepi jamaah, tadarusan pun sudah mulai sedikit orang yang melakukan. Masyarakat sudah mulai kehilangan fokus untuk menyelesaikan ibadah shalat tarawih secara berjamaah di Masjid dengan sempurna, mereka lebih tertarik untuk menikmati pusat-pusat perbelanjaan, nongkrong di Mall, atau di nongkrong dipelataran alun-alun kota. Sungguh sebuah pemandangan yang sangat memprihatinkan, jika kita melihat geliat sebagian masyarakat yang lebih mementingkan Mall daripada mementingkan Masjid. Kita cenderung lupa dan mengabaikan keutamaan yang terkandung di dalam sepuluh hari terakhir bulan Ramadan.  

Dalam memasuki sepuluh hari terakhir Ramadhan ini, kita dianjurkan dan disunnahkan untuk melakukan I’tikaf di masjid, sebagaimana pernah di contohkan oleh Rasulullah Saw.  I’tikaf adalah menyendiri, berdiam diri di dalam masjid untuk mendekatkan diri kepada Allah (bertaqorrub). I’tikaf adalah sarana untuk berkontemplasi, introspeksi dan muhasabah atas perjalanan amal ibadah kita selama ini kepada Allah. Ketahuilah, jika kita sering menyendiri di dalam kamar, atau di tempat-tempat yang jauh dari kebisingan, maka di bulan Ramadan ini, kita dianjurkan dan disunnahkan untuk melakukan penyendirian (I’tikaf) tersebut di masjid, dan dengan I’tikaf tersebut kita akan menuai pahala dari Allah.

Dalam sebuah riwayat, Ummul Mukminin Siti Aisyah r.a. mengatakan bahwa Rasulullah Saw melakukan I’tikaf sepuluh hari dibulan Ramadhan sampai dengan meninggalnya. (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat lain, Abdullah bin Umar r.a. pernah berkata, bahwa Rasulullah Saw melakukan I’tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadan. (HR. Bukhari)

I’tikaf di dalam masjid, jika kita mengetahui berbagai keutamaan yang ada pada I’tikaf, sungguh Mall dan pusat perbelanjaan yang lain akan sepi, dan masjid akan kembali ramai penuh sesak oleh jamaah. Di antara keutamaan yang dapat kita raih dari melakukan I’tikaf di masjid adalah akan meraih ketenangan dan ketentraman jiwa (hati), mendekatkan diri kepada Allah sebagai sang pencipta dan pemelihara makhluk; akan memperoleh derajat orang yang takwa karena menjauhi maksiat dan menghindarkan diri dari perbuatan sia-sia, dan berkhalwat secara intensif dengan Allah melalui dzikir dan amalan lainnya.

Selain keutamaan diatas, I’tikaf juga memiliki manfaat bagi yang melakukannya, yaitu: pertama, hati dan jiwa menjadi sehat, fresh dan segar karena mendapatkan asupan nilai-niali ilahiyah yang memberi ketenangan batin; kedua, membangun semangat hati untuk beribadah kepada Allah secara total; ketiga, membebaskan diri dan menjauhkan diri dari segala bentuk kemaksiatan yang menghadang; keempat, membangun dan membiasakan diri untuk beri’tikaf di masjid sebagai kebiasaan yang berpahala.

Akhirnya, marilah kita tuntaskan ibadah bulan Ramadan ini di dengan menggenapkannya melalaui amalan I’tikaf di masjid, yaitu dengan memperbanyak dzikir kepada Allah, membaca dan mengkaji Al-qur’an, melaksanakan salat-salat Sunnah, bertasbih dan berdoa kepada Allah, memohon ampunan dan rahmat-Nya, semoga dengan amalan-amalan tersebut kita termasuk hamba yang mendapatkan malam lailatul qadar, malam yang sangat mulia, malam penuh dengan limpahan pahala dan rahmat-Nya. Wallahu’alam.


Achmad Rozi El Eroy, Pengurus Departemen Litbang PB  Al Khairiyah masa bakti 2017-2021, tinggal di Serang.


Rubrik ini diasuh oleh Fikri Habibi.

Editor: Redaksi

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button