Film & MusikHiburan

Sultan Banten ke–18: Mari Menilik Sejarah Banten Lewat Film Tirtayasa

CILEGON, biem.co – Sejarah seperti awan yang tampak padat berisi tapi ketika disentuh menjadi embun yang rapuh”. Begitu ungkapan seorang penulis Dee Lestari mengenai sejarah. Dari ungkapan tersebut kita bisa mengambil intisari bahwa sejarah itu tak ada artinya jika bangsanya sendiri tak mengenalnya. Jika berbicara tentang sejarah kejayaan Kesultanan Banten, tak bisa terlepas dari nama Sultan Ageng Tirtayasa. Namanya telah kita kenal sebagai salah satu nama universitas negeri di Serang. Namun, seberapa banyak masyarakat Banten yang mengenal sejarahnya?

Kremov Pictures kembali mempersembahkan film bertema sejarah dan kebudayan. Kali ini Darwin Mahesa dan kru mengangkat cerita Sultan Ageng Tirtayasa sebagai plot utama film. Dalam waktu lima bulan, mereka berhasil merampungkan produksi film ini. Sejauh ini total film yang berhasil digarap sebanyak 21 film dengan tema serupa, seperti Perempuan Lesung, Jawara Kidul,dll.

Ratu Bagus Hendra Bambang Wisanggeni atau Sultan Muhammad Ash–Shaifuddin sebagai Sultan Banten ke-18 sangat mengapresiasi hadirnya film Tirtayasa.

“Banten berjaya seperti sekarang, tak terlepas dari peranan Kesultanan Banten. Untuk itu, saya sangat mendukung sekaligus berterimakasih kepada Kremov Pictures. Walau durasi filmnya masih pendek, mari kita menelisik dan meresapi pesan–pesan moral yang terkandung di dalamnya. Saya yakin akan ada film–film lain tentang sejarah Sultan–sultan Banten dengan durasi panjang,” ungkap alumni Universitas Oxford ini semangat.

Premier perdana film Tirtayasa berlangsung di bioskop XXI Cilegon bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Pendidikan dan Kebudayaan serta Dinas Pariwisata Cilegon (21/11). Kremov Pictures mengundang penonton dari semua kalangan seperti perwakilan siswa dan siswi SMA di Cilegon dan Serang beserta dewan guru, perwakilan media partner, 21 pemenang komentar kreatif trailer Tirtayasa, para pemeran juga para sineas muda. Bahkan hadir sineas film dari Kota Medan.

“Mengenal Darwin dan kru Kremov sejak tahun 2012. Salut sama mereka bisa menayangkan film garapannya di bioskop. Saya berharap teman–teman di Medan bisa mengikuti jejak mereka juga dan bisa terus menjalin tali silaturahim antara Medan dan Banten,” pungkas Sandy Pardede selaku Humas dan Marketing Komunitas Film Medan.

Tidak mudah menghadirkan latar abad ke–18 dalam film Tirtayasa ini. Darwin menyatakan bahwa berkat dukungan banyak pihak, kru, ia dapat memaksimalkan apa yang ada.

“Berbeda dari produksi film–film sebelumnya, dalam proses syuting film ini terdapat banyak komponen abad ke–18 seperti perahu, latar pasar kuno dan lainnya yang membutuhkan pemikiran dan tenaga ekstra dalam pembuatannya. Saya harap film ini dapat menjadi embrio yang mengetuk para investor dan produser film. Sehingga mereka tergerak untuk membuat film serupa dengan durasi panjang dan film–film sejarah Banten yang lainnya,” ujar Darwin Mahesa selaku Sutradara Film Tirtayasa. (rai)

Editor: Yulia

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Back to top button