InspirasiSosok

Rahmat Budiarto, Anak Loper Koran Lulusan IPB dengan IPK 4,00.

biem.co – Dibesarkan dalam keluarga sederhana tidak membuat Rahmat Buadiarto putus harapan untuk mengenyam pendidikan sampai tingkat perguruan tinggi.

Dengan segala keterbatasan ekonomi keluarganya, Rahmat berhasil membuktikan kegigihannya dengan prestasi. Ia berhasil menjadi lulusan terbaik Program Magister Agronomi dan Hortikultura di Institut Pertanian Bogor (IPB), dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sempurna 4,00.

Rahmat berhasil membawa gelar magisternya, saat Upacara Wisuda di Graha Widya Wisuda, Kampus IPB Dramaga (25/04).

Gatot Subagyo, ayahnya yang berprofesi sebagai loper koran dan Sudi Rahayu, sebagai ibu rumah tangga adalah dua sosok di balik keberhasilan Rahmat. Bagaimana tidak, mereka tak henti-hentinya memberikan dukungan moral pada Rahmat dan kedua adiknya untuk tidak putus asa dalam mencari ilmu setinggi mungkin.

“Ayah selalu bilang untuk tidak khawatir soal biaya sekolah. Kata ayah, tidak mungkin sekolah akan mengeluarkan kami karena tidak bisa bayar sekolah,” ungkap Rahmat, dikutip dari ipb.ac.id.

Dengan penghasilan tunggal dari ayah sekira Rp50 ribu per hari (jika semua korannya habis terjual), Rahmat mengaku bersyukur bisa kuliah.

Menurutnya, keluarga besarnya sangat mengutamakan pendidikan. Dulu, jika Rahmat berhasil menjadi juara satu, maka kakek atau neneknya akan membelikannya sepatu baru. Saat ini, Rahmatlah satu-satunya di keluarga besarnya yang berhasil mencicipi pendidikan tertinggi.

“Kini kondisi ekonomi keluarga kami sedikit membaik. Alhamdulillah, rumah kami sudah mulai ditembok dan berkeramik. Dulu rumah kami terbuat dari bambu, orang Jawa menyebutnya gedhek dan berlantaikan tanah,” paparnya.

Proses pendidikan Rahmat di IPB berbekal beasiswa dari Program Beasiswa Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU) batch dua (2015-2019) Rahmat mulai kuliah di IPB. Dengan beasiswa ini, Rahmat bisa langsung melanjutkan studi doktoralnya di IPB setelah diwisuda.

“Saya sangat bersyukur, sejak SD menerima beasiswa dengan dana BOS, kuliah sarjana (tahun 2011) di Universitas Jember pun saya mendapat beasiswa unggulan Dikti,” ujarnya.

Di sela-sela studi S1, imbuhnya, saya diberikan kesempatan untuk mengikuti magang di Korea Selatan (Hankyong National University) selama satu bulan dan pertukaran pelajar di Thailand (Kasetsart University) selama satu tahun.

Selama menempuh pendidikan di IPB, Rahmat sudah memublikasikan satu jurnal Internasional, dua jurnal terindeks scopus (masih tahap reviewer) dan satu draft jurnal Internasional.

“Ketertarikan saya pada ilmu hortikultura Indonesia menuntut saya untuk berguru di IPB. Tentu saya tidak salah alamat, karena ada banyak ahli hortikultura di kampus ini. IPB adalah tempat yang tepat untuk memperdalam ilmu pertanian khas Indonesia,” ujarnya.

Target saya ke depan, lanjutnya ingin menuntaskan pendidikan doktor di IPB, dengan target lulus sebelum Agustus 2019.

Ia ingin ilmu yang diperolehnya dapat ia manfaatkan untuk mendukung pembangunan hortikultura di daerah sekitar tempat tinggalnya yaitu di Jember.

“Saya berencana untuk membagi ilmu hortikultura ke petani-petani sekitar, sekaligus menjembatani alih teknologi dari peneliti ke petani dan sebaliknya,” seru Rahmat.

Ia berharap IPB bisa lebih meningkatkan kemajuan sarana pengujian dan laboratorium, karena dapat meningkatkan minat belajar dan meneliti mahasiswa pascasarjana.

“Semoga ilmu yang saya peroleh semasa di IPB dapat bermanfaat bagi daerah saya,” pungkasnya. (Af)

Editor: Redaksi

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Back to top button