Inspirasi

Tarsini, 2 Tahun Hidupi Keluarga dengan Jual Serabi di Perantauan

biem.coSobat biem, apakah kamu sering mengeluh dalam hidup? Atau berapa kali kita merasa bahwa hidup ini tak adil? Sudahkah, kita sejenak meratapi hidup ini?

Sobat, di kala kita merasa hidup yang dijalani sekarang ini amat berat, cobalah sejenak keluar, mari lihat sekeliling kita. Ternyata, ada banyak orang yang lebih sulit dan berat menjalani hidupnya, namun mereka enggan untuk menyerah begitu saja, tetap berjuang.

Mari kita belajar pada semangat hidup Tarsini (40), seorang ibu dua anak asal Indramayu. Ia rela merantau dari kampung halaman meninggalkan keluarganya, demi mengais pundi-pundi rezeki.

Serang, menjadi kota peraduan nasibnya untuk menghidupi orangtua dan anak-anak. Kepulan asap yang terus menyelimuti tubuh tak menyurutkan perjuangannya.

Kepulan asap itu berasal dari tungku pencetak serabi. Ia membuat dan menjajakan serabi olahannya di saung pinggir jalan, tepatnya di sekitar Sempu, Kota Serang.

“Nggak kerasa, sudah 2 tahun tinggal di Kebaharan, Serang,” ujarnya, sambil membuat adonan serabi, saat tim biem.co mengunjungi saung dagangannya.

Selama ini, imbuhnya, saya sudah berpindah-pindah lokasi dagang tiga kali di sekitaran pinggir jalan.

“Dulu mah masih pada rumput, buka lahan sendiri. Kalau hujan suka kebanjiran. Tiga kali pindah tempat, karena ada pelebaran jalan, maklum lah cuma numpang kan,” lirihnya, sembari mengusap keringat dengan handuk kecil.

Meskipun demikian, sambungnya, alhamdulillah masih diberikan izin berjualan di sini.

Saat ditanya soal semangat hidupnya, Tarsini menuturkan tiada lain, karena untuk menghidupi keluarganya di kampung. “Saya punya anak 2 di Indramayu, satu sudah menikah dan satu lagi baru masuk SMK,” paparnya.

Tarsini mulai melangkahkan kakinya ke lokasi dagang selepas salat Subuh.

“Saya mulai dagang pukul 5 pagi abis salat Subuh – pukul 10 siang. Terus ke sini lagi pukul 3.30 sore abis salat Asar sampai menjelang Magrib, baru pulang,” terangnya, sambil mengangkat serabi yang sudah matang.

Serabi SerangTarsini (40), saat membuat adonan serabi. (Foto: Af).

Ia menyediakan serabi rasa manis gula aren, rasa gurih, original, serabi oncom, dan surabi telur. Masih-masing harganya Rp2 ribu, kecuali serabi telur Rp4 ribu. “Kata pelanggan sih, enak. Ilmunya dari ibu saya dulu. Sekarang ibu menemani anak di kampung,” ujarnya.

“Kalau seharian dagang modalnya Rp200 ribu, kalau habis suka dapet Rp250-Rp300 ribu. Ya, namanya dagang nggak tentu,” terangnya.

Dalam berdagang, Tarsini dibantu suaminya membeli kayu, memarut kelapa, menggiling tepung beras, dan lainnya. “Ngumpulin uang dulu buat beli kayu, beli beras,” paparnya, saat ditanya soal modal dagang.

Untuk mendapatkan kayu bakar 1 mobil, Tarsini dan suami harus mengeluarkan uang Rp400 ribu, sedangkan untuk 1 becak Rp70 ribu ditambah ongkos angkut Rp20 ribu.

Kalau soal pulang ke tanah kelahiran Indramayu, lanjutnya, tergantung ada ongkosnya.

“Kadang pulang 2 bulan sekali. Ongkos pulang ke sana, Rp70-80 ribu di hari biasa per orang. Dua kali naik mobil, dari Serang ke Pantura, terus naik kendaraan lagi ke rumah,” terangnya.

Kini, tanah yang di tempatinya berjualan sudah dimiliki oleh Untirta. “Ya, mudah-mudahan aja masih boleh dagang di sini, selama belum dibangun,” lirihnya, sambil menunggu pembeli.

Nah, bagi Anda yang melintas di jalan Sempu, Kota Serang, sempatkan mampir dan membeli serabi Ibu Tarsini, ya. Semangat berkarya dan berbagi inspirasi. (Af)

Editor: Redaksi

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Back to top button