Puisi

Sajak-sajak M I Firdaus

SAMAR
M I Firdaus

Seseorang tenggelam
dalam pikiran
dalam rindu berkobaran
dalam ombak lautan
dalam gemuruh kesunyian
dalam dalam
Seseorang sendirian
memeluk lutut
gemercik air menuju genangan
terlihat samar bayang-bayang
semakin samar
seseorang semakin merasa liar dalam dirinya
dalam-dalam.
Waktu meniti menuju habis
waktu meniti
menuju habis
seseorang dimampus resahnya
makin hari terombang-ambing
hujan detik semakin habis
menjadi laut resah.
Seseorang porak poranda
dalam-dalam dalam dalam.

Bogor, 04 Februari 2020

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

 

SESEKALI PENYAIR PUN

Sesekali penyair pun merasa jatuh
jauh ke dalam hitam pikiran
kertas-kertas semakin usang enggan berkata
rimbun riuh sengsara
getir bergetar sendiri
pena tunggang langgang
kata lindap tak sedikit pula menyala.
Sesekali penyair pun tak mengenal dirinya
mengembara di rimba tanya
dilahap dingin gelisah
tersesat dalam puisi-puisi duka
semakin dalam dan merasa asing
terpinggirkan, disiksa kegelisahannya
semakin terluka
dan luka menjadi dupa
tiba-tiba tangis tiba
dalam doa.

Bogor, 08 Januari 2019

 

 

PUISI SEORANG DALAM HUJAN

Hujan deras sekali
menghujam tubuh
makin luruh
dalam sendiri.
Diam berdiri luka-luka
darah dan nanah tak kunjung reda pula
dari gemuruh timbul tanya:
kepada siapa engkau berduka?
Tapi tangis tak tahu arahnya
Benarnya siapa yang membuat luka?
sedang amuk liar di sukma
sedang amuk liar di sukma.
Tangis dan hujan sama derasnya
dalam sendiri, siapa sangka?
semesta kelam-membelam
segala fana, kecuali apa?
Baiknya aku pulang saja
karena jawab ada di sana
di balik badai
kabut yang ganas dan rimba, haruslah merasai.
Dalam tangis
tengadah ke langit luas dan derita terlihat
hujan masihlah deras dan semakin deras
aku menghilang pulang, tinggal nisan.

Bogor, 11 Desember 2019

 

NYERI
M I Firdaus

Tak ada malam larut yang paling sepi
selain ketika kucing-kucing menggeram meributkan sisa ikan untuk makan sekeluarga
emak bapak tidur dalam gelisah menahan nyeri badan
lampu-lampu yang lindap membawa mereka pada mimpi yang gelap.
Suara malam semakin kencang, pagi merapat pelan-pelan
perut yang kosong menghina nasib
pagi yang datang adalah siksa
masih belum cukup juga lapar menantang mereka.

Bogor, 20 Mei 2020

 

DALAM KERETA
M I Firdaus

Deru gerbong kereta merangkum jarak
waktu berjalan cepat
sore menyusut, gelap memanjat langit
burung-burung terbang melesat
segala rehat terpandang di jendela.
lesu wajah pekerja menuju pulang
sesekali terasa dingin peron-peron stasiun yang terlewat.
Ketika itu pula pisau risau mencabik kepala
pandanganku yang kosong mengawang-awang
entah kemana.
Barangkali esok aku tiba-tiba mati.
Barangkali waktu semakin cepat
Seperti kepak burung menjauh di sana
atau langit yang sudah gelap tanpa kuketahui.
Barangkali esok aku tiba-tiba mati.
Barangkali stasiun terakhir beberapa saat lagi
sebelum aku harus turun menuju dingin peron
tebal rasa lelah dan melangkah tanpa terdengar ucap dari manapun, hanya resah dan terus berjalan.
Riuh langkah tapi sepi begitu legam.
Ah!
Barangkali stasiun terakhir beberapa saat lagi.

Depok-Bogor, 19 Juli 2020


MI FirdausTentang Penulis: M I Firdaus adalah nama pena dari Mohammad Ikhsan Firdaus. Lahir di Bogor, 30 Oktober 2002.

Editor: Esih Yuliasari

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button