KABUPATEN LEBAK, biem.co – Sebanyak 1920 mahasiswa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) mengikuti Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) Tahun 2025 Periode Januari-Februari 2025 yang tersebar di 118 desa di Kabupaten Serang, Pandeglang, Lebak dan Tangerang, salah satu diantaranya adalah Kelompok KKM 39 di Desa Cibaturkeusik, Kecamatan Banjarsari, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.
Hari Pertama: Sosialisasi dan Workshop Pembuatan Pupuk Organik Cair (POC)
Pada Sabtu, 18 Januari 2025, Kelompok KKM 39 Universitas Sultan Ageng Tirtayasa menyelenggarakan acara sosialisasi dan workshop bertema “Pembuatan Pupuk Organik dari Limbah Buah dan Sayur” di Kantor Desa Cibaturkeusik, Kecamatan Banjarsari, Kabupaten Lebak. Kegiatan ini merupakan salah satu Program Kerja Unggulan dari Kelompok KKM 39 yang bertujuan untuk memberikan edukasi dan pelatihan praktis kepada masyarakat setempat, khususnya bapak-bapak RT, RW, dan para petani, mengenai cara memanfaatkan limbah organik untuk mendukung pertanian berkelanjutan.
Acara dimulai pada pukul 13.15 WIB dengan sambutan dari Ketua Kelompok KKM 39 dan Kepala Desa Cibaturkeusik yaitu Bapak Suarja, yang menyampaikan apresiasi kepada Kelompok KKM 39 atas inisiatif dan program yang bermanfaat ini. Setelah sambutan, Rivaldino, Ketua Kelompok KKM 39, memulai sesi sosialisasi dengan materi mengenai pembuatan pupuk organik cair (POC). Dalam presentasinya, Rivaldino menjelaskan terlebih dahulu mengenai dampak negatif penggunaan pupuk kimia secara berlebihan kemudian proses pengolahan limbah buah dan sayur menjadi pupuk organik cair, kemudian cara pengaplikasian pupuk organik cair dan kelebihan pupuk organik cair. Latar belakang diadakannya sosialisasi ini karena para petani di desa ini masih bergantung pada penggunaan pupuk kimia dalam mengelola lahan pertaniannya.
Rivaldino menjelaskan jika pupuk ini tidak hanya dapat meningkatkan kesuburan tanah tetapi juga mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia yang berpotensi merusak ekosistem dalam jangka panjang. Materi disampaikan melalui slide presentasi disertai contoh produk pupuk organik cair yang telah dibuat sebelumnya, sehingga peserta dapat lebih memahami konsepnya.
Setelah sesi sosialisasi selesai, acara dilanjutkan dengan praktek langsung atau workshop yang dipandu oleh Salwa, anggota lain dari Kelompok KKM 39. Dalam sesi ini, peserta diajak untuk turut serta mencoba membuat pupuk organik cair sendiri dengan bimbingan Salwa. Bahan-bahan yang digunakan meliputi limbah buah dan sayur yang mudah ditemukan di sekitar, seperti kulit pisang, sisa daun sayur, dan kulit buah lainnya. Salwa juga memperlihatkan cara mencampurkan bahan-bahan tersebut dengan air beras, EM4 sebagai dekomposer, dan larutan gula merah sebagai makanan dari mikroorganisme.
Langkah pertama dimulai dengan mencacah limbah sayur sampai kecil-kecil agar mempermudah dalam proses dekomposisinya kemudian masukan ke dalam galon bekas ataupun ember, tuangkan air cucian beras, tambahkan EM4 sebanyak 3 tutup. EM4 berfungsi untuk mempercepat proses pembuatan pupuk organik cair dan meningkatkan kualitasnya, tuangkan larutan gula merah sebagai makanan untuk mikroba kemudian di aduk dan diamkan selama 30 hari.
Buka tutup galon selama proses fermentasi untuk membuang gas. Hal ini dilakukan setiap hari lalu cium aromanya untuk memastikan apakah tercium bau asam, jika bau asam fermentasi mulai tercium maka proses berhasil namun jika bau busuk yang tercium maka pembuatan pupuk organik gagal. Peserta terlihat antusias mengikuti langkah-langkah yang dijelaskan. Mereka saling berdiskusi dan berbagi pengalaman dalam mengelola limbah organik di lingkungan masing-masing.
“Selama 4 tahun berjalan menuju tahun ke-5, saya menanam durian montong tanpa menggunakan bahan kimia. Saya mengandalkan pengalaman pribadi, saya menggali lubang sedalam 1 meter dengan lebar bebas, lalu masukkan daun-daun dan ditutup dengan plastik, tunggu selama 40 hari. Setelah busuk saya taburkan satu persatu, dan akhirnya ada perkembangan,” ujar Bapak RT. 04 saat berbagi pengalaman menggunakan pupuk organik.
Pupuk Organik Cair (POC) memiliki berbagai manfaat penting bagi tanaman dan tanah. Salah satu manfaat utamanya untuk meningkatkan penyerapan nutrisi tanaman sehingga nutrisi dapat diserap lebih efisien. Selain itu, POC juga berperan dalam memperbaiki struktur tanah dengan menggemburkannya, sehingga mempermudah akar tanaman untuk menembus tanah dan menyerap unsur hara. POC juga membantu meningkatkan daya tahan tanaman, menjadikannya lebih kokoh, tahan terhadap kekeringan, dan lebih resisten terhadap serangan penyakit.
Tidak hanya itu, POC turut berkontribusi pada peningkatan produksi tanaman dengan merangsang pertumbuhan akar, cabang, bunga, dan buah. Kualitas tanah juga dapat terjaga berkat penggunaan POC, karena pupuk ini membantu mempertahankan struktur tanah, kadar asam, serta sifat biologisnya. Sebagai produk ramah lingkungan, POC tidak meninggalkan residu yang merugikan tanah maupun air, sehingga menjadi pilihan yang baik untuk praktik pertanian yang berkelanjutan.
Kegiatan ini juga disambut baik oleh para peserta. “Kami sebagai masyarakat Desa Cibaturkeusik sangat berterima kasih, Hatur nuhun pisan kepada adik-adik dari KKM 39. Kegiatan seperti ini sangat bermanfaat untuk kami para petani. Dengan ilmu ini, kami bisa mengolah limbah menjadi pupuk, dan bibit yang diberikan ini akan kami tanam untuk masa depan,” ujar salah satu peserta yang hadir.
Sebagai penutup acara pada hari Sabtu, Kelompok KKM 39 memberikan 5 bibit tanaman kepada setiap tamu undangan, bibit yang diberikan adalah bibit alpukat dan mangga. Pembagian bibit ini bertujuan untuk mendorong masyarakat mulai bercocok tanam di pekarangan mereka sendiri, sebagai bagian dari upaya meningkatkan ketahanan pangan dan penghijauan lingkungan.
Hari Kedua: Pembagian dan Penanaman Bibit
Pada Minggu pagi, 19 Januari 2025, kegiatan berlanjut dengan pembagian sisa bibit tanaman kepada warga sekitar posko KKM. Dari 45 bibit yang masih tersedia, Kelompok KKM 39 membagikannya secara gratis kepada masyarakat.
Selain itu, Kelompok KKM 39 juga menyisihkan 5 bibit tanaman untuk ditanam bersama. Dua bibit tanaman yaitu mangga dan alpukat ditanam di samping Kantor Desa Cibaturkeusik. Penanaman dilakukan oleh Kelompok KKM 39 bersama dua orang perangkat desa, yaitu A Ahdi dan A Teguh. Tiga bibit tanaman lainnya, yaitu 2 bibit tanaman mangga dan 1 bibit tanaman alpukat di tanam di sekitar rumah warga yang ada di kampung Cibunar. Penanaman ini dilakukan bersama warga setempat sebagai simbol kolaborasi antara mahasiswa dan masyarakat dalam menjaga lingkungan.
Antusiasme dan Dampak Positif
Selama dua hari pelaksanaan kegiatan, suasana penuh semangat dan antusiasme terlihat di wajah para peserta dan masyarakat sekitar. Interaksi antara anggota KKM dan masyarakat setempat menciptakan suasana yang akrab dan produktif. Selain memberikan edukasi, kegiatan ini juga menjadi sarana untuk mempererat hubungan sosial antara mahasiswa dan masyarakat desa.
Kegiatan ini diharapkan memberikan dampak positif yang berkelanjutan bagi masyarakat Desa Cibaturkeusik dan sekitarnya. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang pengelolaan limbah organik dan upaya penghijauan, masyarakat dapat lebih mandiri dalam mengelola sumber daya alam di lingkungan mereka. Bibit tanaman yang dibagikan juga diharapkan dapat berkontribusi pada ketahanan pangan dan keindahan lingkungan desa.
Penutup
Kegiatan sosialisasi dan workshop pembuatan pupuk organik oleh Kelompok KKM 39 Universitas Sultan Ageng Tirtayasa merupakan langkah kecil namun berarti dalam mendukung pertanian berkelanjutan dan penghijauan lingkungan. Melalui kegiatan ini, Kelompok KKM 39 tidak hanya memberikan ilmu praktis tetapi juga menyebarkan semangat untuk peduli terhadap lingkungan. Harapannya, inisiatif ini dapat menjadi inspirasi bagi desa lain untuk mengadopsi pendekatan serupa demi keberlanjutan lingkungan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. (Red)