Eko SupriatnoKolomTerkini

Prabowo dan Mimpi Besar Reformasi Birokrasi

BANTEN, biem.co – Ada sebuah mimpi yang selalu terulang, seperti lagu lama yang tak pernah usai. Mimpi tentang birokrasi yang bersih, efisien, dan melayani. Mimpi yang diucapkan oleh banyak mulut, di setiap era, di setiap pemerintahan. Tapi mimpi itu, seperti bintang di langit malam, selalu terlihat dekat namun tak pernah benar-benar bisa disentuh.

Kita hidup dalam labirin. Labirin birokrasi yang berliku, penuh dengan dinding-dinding korupsi, lorong-lorong inefisiensi, dan jalan buntu pelayanan publik yang tak kunjung membaik.[1] Setiap kali kita berpikir telah menemukan jalan keluar, kita justru tersesat lebih dalam. Setiap kali ada janji reformasi, harapan itu menggelembung, hanya untuk pecah seperti balon udara yang kehilangan angin.

Dan kini, Prabowo Subianto datang dengan mimpinya sendiri. Sebuah mimpi besar tentang reformasi birokrasi. Tapi, bisakah mimpi ini berbeda? Bisakah ia membawa kita keluar dari labirin ini, atau akankah ia hanya menjadi bagian dari ilusi yang sama? Apakah reformasi birokrasi ala Prabowo akan menjadi angin segar yang kita nantikan, atau sekadar episode baru dalam drama panjang yang tak berujung?

Reformasi Total

Prabowo Subianto, dengan jejak langkahnya yang dalam di dunia militer dan politik, memahami betul bahwa birokrasi bukan sekadar mesin administratif. Ia adalah denyut nadi negara, tulang punggung yang menopang setiap kebijakan dan program pemerintah. Tanpa birokrasi yang kuat, semua rencana besar hanya akan menjadi mimpi di siang bolong.[2] Tapi, reformasi birokrasi bukanlah proyek yang bisa diselesaikan dalam satu malam. Ia adalah perjalanan panjang yang membutuhkan komitmen, keberanian, dan visi yang jelas.[3]

Reformasi birokrasi ala Prabowo tidak boleh terjebak pada upaya-upaya dangkal, seperti sekadar memangkas anggaran di sektor-sektor yang dianggap boros. Memang, efisiensi sering kali diukur dari seberapa banyak uang yang bisa dihemat. Tapi, esensi sejati dari reformasi birokrasi jauh lebih dalam dari itu. Ini adalah tentang transformasi total: mengubah birokrasi yang gemuk, lamban, dan tidak efisien menjadi sebuah sistem yang ramping, gesit, dan produktif. Ini bukan hanya soal menghemat uang negara, tetapi juga tentang membangun kepercayaan publik.[4]

Bayangkan birokrasi sebagai sebuah mesin. Selama ini, mesin itu mungkin terlalu gemuk, bergerak lamban, dan boros energi. Memotong sebagian komponennya mungkin membuatnya lebih ringan, tetapi jika tidak diimbangi dengan perbaikan sistem, mesin itu tetap tidak akan berfungsi optimal. Yang kita butuhkan adalah desain ulang: mesin yang lebih sederhana, tetapi mampu bekerja lebih cepat, akurat, dan efisien.[5] Ini bukan sekadar soal berapa banyak uang yang bisa dihemat, tetapi bagaimana birokrasi bisa menjadi alat yang efektif untuk melayani rakyat.

Prabowo, dengan latar belakang militernya, mungkin memiliki disiplin dan ketegasan untuk memulai proses ini. Tapi, reformasi birokrasi bukan hanya soal kekuatan dan ketegasan. Ia juga membutuhkan kepekaan, kreativitas, dan keberanian untuk mengambil langkah-langkah yang tidak populer. Ini adalah tentang menciptakan sistem yang tidak hanya bekerja untuk kepentingan segelintir orang, tetapi untuk kepentingan seluruh rakyat.

Dalam perjalanan ini, kita harus ingat bahwa reformasi birokrasi bukanlah tujuan akhir. Ia adalah sarana untuk mencapai tujuan yang lebih besar: kesejahteraan rakyat. Bagi penulis, reformasi bukanlah tentang menghancurkan yang lama, tetapi tentang membangun yang baru dengan fondasi yang lebih kokoh.

Jadi, mari kita berharap bahwa reformasi birokrasi ala Prabowo tidak hanya menjadi wacana, tetapi benar-benar menjadi angin segar yang membawa perubahan nyata. Karena pada akhirnya, birokrasi yang baik bukanlah tentang seberapa besar anggarannya, tetapi tentang seberapa besar dampaknya bagi rakyat.

Harus Holistik

Transparansi adalah kunci yang tidak boleh diabaikan. Birokrasi yang tertutup dan sarat korupsi hanya akan melahirkan ketidakpercayaan. Masyarakat membutuhkan sistem yang bisa mereka awasi, yang memberikan ruang bagi partisipasi publik. Tanpa transparansi, efisiensi hanyalah jargon kosong yang tidak membawa perubahan berarti.

Di era kekinian, di mana teknologi dan informasi berkembang pesat, birokrasi juga harus beradaptasi. Digitalisasi pelayanan publik, misalnya, bisa menjadi solusi untuk mengurangi korupsi dan meningkatkan efisiensi. Namun, teknologi hanyalah alat. Yang lebih penting adalah mindset dan budaya kerja birokrat itu sendiri. Tanpa perubahan paradigma, semua upaya reformasi hanya akan berujung pada perubahan kosmetik.[6]

Prabowo, sebagai figur dengan pengalaman luas di bidang pertahanan dan pemerintahan, tentu paham bahwa reformasi birokrasi bukanlah proyek instan. Ini adalah proses panjang yang membutuhkan komitmen kuat, keberanian mengambil langkah tidak populer, dan visi yang jelas.[7] Efisiensi harus dilihat sebagai jalan menuju birokrasi yang lebih responsif dan akuntabel, bukan sekadar alat untuk memotong anggaran.[8]

Reformasi birokrasi ala Prabowo haruslah holistik. Bukan hanya tentang berapa banyak uang yang bisa dihemat, tetapi bagaimana menciptakan sistem yang mampu melayani rakyat dengan lebih baik, lebih cepat, dan lebih adil. Ini adalah tantangan besar, tetapi bukan tidak mungkin dilakukan. Dengan komitmen yang kuat dan pendekatan yang tepat, birokrasi Indonesia bisa menjadi mesin penggerak kemajuan, bukan penghambatnya.[9] Seperti kata Paulo Coelho, “When you want something, all the universe conspires in helping you to achieve it.” Mungkin, inilah saatnya bagi Indonesia untuk benar-benar menginginkan perubahan—dan birokrasi yang lebih baik adalah langkah pertama menuju sana. Tapi, bisakah kita? Atau, akankah kita terus terjebak dalam mimpi yang tak pernah terwujud?

Hanya waktu yang akan menjawab. Tapi, satu hal yang pasti: kita tidak bisa terus berjalan di tempat. Waktunya telah tiba untuk membuat pilihan: apakah kita akan terus terperangkap dalam sistem yang bobrok, atau kita akan bangkit dan menciptakan birokrasi yang benar-benar melayani rakyat?

Melangkah Maju

Quo vadis reformasi birokrasi Prabowo Subianto? Pertanyaan ini masih menggantung, menunggu jawaban yang konkret. Tapi, satu hal yang pasti: kita tidak bisa terus berjalan di tempat. Waktunya telah tiba untuk membuat pilihan: apakah kita akan terus terperangkap dalam sistem yang bobrok, atau kita akan bangkit dan menciptakan birokrasi yang benar-benar melayani rakyat?

Namun, satu hal yang pasti: perubahan tidak akan datang dengan sendirinya. Ia harus diperjuangkan, diupayakan, dan dirawat dengan komitmen yang tak tergoyahkan. Reformasi birokrasi bukanlah proyek yang bisa diselesaikan dalam satu malam. Ia adalah perjalanan panjang yang membutuhkan keberanian, ketegasan, dan visi yang jelas.

Prabowo, dengan segala pengalaman dan kapasitasnya, memiliki peluang untuk memimpin perubahan ini. Tapi, ia tidak bisa melakukannya sendirian. Reformasi birokrasi adalah tanggung jawab bersama—antara pemerintah, birokrat, dan masyarakat. Kita semua harus terlibat, karena birokrasi yang baik adalah cerminan dari masyarakat yang baik.[10]

Bagi penulis, perubahan dimulai dari kesadaran, dan kesadaran itu harus diikuti dengan tindakan. Mari kita jadikan reformasi birokrasi bukan sekadar wacana, tetapi aksi nyata yang membawa dampak bagi kehidupan rakyat. Mari kita melangkah maju, bersama-sama. Karena hanya dengan langkah yang berani, kita bisa menciptakan birokrasi yang benar-benar melayani—sebuah birokrasi yang menjadi kebanggaan, bukan beban. (Red)

Bung Eko Supriatno, peulis adalah Dosen Ilmu Pemerintahan di Fakultas Hukum dan Sosial Universitas Mathla’ul Anwar Banten.

 

DAFTAR PUSTAKA

  1. BBC News Indonesia. “Kabinet Merah Putih Prabowo-Gibran Tergemuk sejak Orde Baru hingga Reformasi.” Diakses dari https://www.bbc.com.
  2. Biem.co. “Eko Supriatno Menggugat Kinerja Birokrat.” Diakses dari https://www.biem.co.
  3. Biem.co. “Mengakhiri Feodalisme Birokrasi.” Diakses dari https://www.biem.co.
  4. Biem.co. “Politik Matahari Kembar.” Diakses dari https://www.biem.co.
  5. Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. “Reformasi Birokrasi Kemenko PMK.” Diakses dari https://www.kemenkopmk.go.id.
  6. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. “Presiden Prabowo Tegaskan Komitmen Transformasi Nasional Menjelang 100 Hari Kerja.” Diakses dari https://www.menpan.go.id.
  7. Lembaga Administrasi Negara (LAN). “Birokrasi Rapuh VS Kabinet Gemuk Prabowo.” Diakses dari https://www.lan.go.id.
  8. Ombudsman RI. “Reformasi Birokrasi, Reformasi Pelayanan Publik.” Diakses dari https://www.ombudsman.go.id.
  9. RPK Indonesia. “Menyeimbangkan Refondasi dan Reformasi Birokrasi Indonesia dalam Konteks ‘Prabowopolitikononomi’.” Diakses dari https://www.rpk-indonesia.org.
  10. Sekretariat Negara. “Pengantar Presiden Prabowo Subianto pada Sidang Kabinet Paripurna.” Diakses dari https://www.setneg.go.id.

[1] Ombudsman RI, “Reformasi Birokrasi, Reformasi Pelayanan Publik,” diakses dari https://ombudsman.go.id.

[2] Biem.co, “Politik Matahari Kembar,” diakses dari https://www.biem.co.

[3] Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, “Presiden Prabowo Tegaskan Komitmen Transformasi Nasional Menjelang 100 Hari Kerja,” diakses dari https://www.menpan.go.id.

[4] RPK Indonesia, “Menyeimbangkan Refondasi dan Reformasi Birokrasi Indonesia dalam Konteks ‘Prabowopolitikononomi’,” diakses dari https://rpk-indonesia.org.

[5] Lembaga Administrasi Negara (LAN), “Birokrasi Rapuh VS Kabinet Gemuk Prabowo,” diakses dari https://lan.go.id.

[6] Biem.co, “Mengakhiri Feodalisme Birokrasi,” diakses dari https://www.biem.co.

[7] Sekretariat Negara, “Pengantar Presiden Prabowo Subianto pada Sidang Kabinet Paripurna,” diakses dari https://www.setneg.go.id.

[8] Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, “Reformasi Birokrasi Kemenko PMK,” diakses dari https://www.kemenkopmk.go.id.

[9] BBC News Indonesia, “Kabinet Merah Putih Prabowo-Gibran Tergemuk sejak Orde Baru hingga Reformasi,” diakses dari https://www.bbc.com.

[10] Biem.co, “Eko Supriatno Menggugat Kinerja Birokrat,” diakses dari https://www.biem.co.

Editor: admin

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button