BANTEN, biem.co – Mikroplastik itu apa ‘sih? Sebelum diulas, mari lebih dulu kita mengenal apa itu mikroplastik. Mikroplastik adalah partikel terkecil daei suatu plastik yaitu kurang dari 5 milimeter (mm) panjangnya—sekitar sebesar biji wijen atau lebih kecil. Karena ukurannya yang kecil, mikroplastik seringkali tidak terlihat oleh mata telanjang tetapi dapat tersebar luas di lingkungan, termasuk air, tanah, udara, dan bahkan tubuh manusia. Seperti yang kita tahu, plastik tidak dapat hilang dan terurai seperti halnya zat organik. Ia hanya bisa terurai secara kimiawi menjadi partikel-partikel yang lebih kecil.
Tidak dapat kita pungkiri, kegiatan dan aktivitas kita sehari-hari tidak lepas dari plastik. Hampir semua perabotan dan peralatan yang kita pakai mengandung zat spesial ini. Bahannya yang ringan, perawatannya yang mudah, ketahanannya terhadap air dan karat, dan yang paling unggul adalah harganya yang terjangkau–membuatnya menjadi alternatif yang dipilih oleh sebagian besar masyarakat.
Dalam beberapa dekade terakhir, penggunaan plastik meningkat secara drastis di seluruh dunia. Akibatnya, limbah plastik yang terurai menjadi partikel sangat kecil ini telah mencemari hampir seluruh aspek lingkungan, mulai dari lautan hingga udara. Yang lebih mengkhawatirkan, berbagai penelitian ilmiah terbaru menunjukkan bahwa mikroplastik tidak hanya berada di luar tubuh kita, tetapi juga telah berhasil masuk ke dalam tubuh manusia. Berikut tabel penelitian dari tahun ke tahun:
Nah lho? Kok bisa plastik ada di tubuh manusia? Memangnya kita mengunyah perabotan? Kita menelan gayung mandi? Kenapa bisa partikel-partikel mikroplastik masuk kedalam tubuh kita yang organk ini?
Kita tidak secara langsung mengonsumsi zat-zat plastik, namun ada beberapa cara—yang kita lakukan dalam aktivitas sehari-hari—yang membuat partikel ini masuk kedalam tubuh. Beberapa diantaranya yaitu:
- Melalui Makanan dan Minuman
Kita tentu makan dan minum setiap hari, bukan? Apakah kalian menyangka makan yang kita kira sehat ternyata mengandung mikroplastik?
Makanan yang terkontaminasi dan masuk kedalam tubuh, dapat menyebabkan zat mikroplastik mengendap di dalam tubuh dan sistem pencernaan kita tidak dapat mengurainya
Mikroplastik dapat ditemukan dalam ikan, kerang, dan organisme laut lainnya. Organisme laut sering mengonsumsi partikel plastik yang terlarut di laut, dan akhirnya manusia mengonsumsinya saat makan makanan laut. Ikan laut segar kaya omega-3 yang seharusnya menyehatkan dan sangat baik bagi tubuh, akhirnya menjadi jalur utama untuk plastik ‘memasuki’ tubuh kita.
Mikroplastik juga dapat masuk ke dalam air melalui proses pembuangan plastik ke laut, sungai, dan sistem air lainnya, atau dari proses pemurnian air yang tidak sepenuhnya menghilangkan partikel plastik. Beberapa makanan olahan seperti mie instan, makanan ringan, dan makanan siap saji mungkin mengandung mikroplastik sebagai hasil dari penggunaan bahan baku atau proses pembuatan yang melibatkan plastik. Proses pemasakan atau pengemasan makanan yang terkontaminasi mikroplastik juga bisa menyebabkan plastik larut atau pecah.
Hayooo siapa dari kalian yang suka banget makan mie instan, nih?
Peralatan dapur seperti spatula, sendok plastik, atau botol penyimpanan bisa mengeluarkan mikroplastik ketika digunakan, terutama jika bahan tersebut sudah lama atau rusak. Apalagi jika digunakan saat proses pemanasan dan pemasakan makanan.
Mikroplastik yang tertelan dapat terakumulasi dalam tubuh manusia dan hewan, menyebabkan potensi dampak jangka panjang yang belum sepenuhnya dipahami.
- Melalui Udara (Inhalasi)
Udara bisa tercemar oleh mikroplastik melalui berbagai sumber dan proses fisik. Meskipun mikroplastik lebih sering dikaitkan dengan pencemaran laut dan tanah, ternyata udara di sekitar kita juga mengandung partikel mikroplastik—dan kita bisa menghirupnya tanpa sadar.
Pernah mencuci pakaian? Pernah lihat ban mobil yang berjalan di aspal? Pernah lihat asap pabrik hitam yang mengepul di udara? Asap pabrik–ya tentu karena berhubungan dengan udara, namun bagaimana dengan mencuci pakaian dan mobil berjalan? Apa hubungannya?
Yap, tidak ada yang salah dengan mencuci pakaian, namun pakaian yang kita cuci terbuat dari bahan apa? Poliester, nilon, atau akrilik termasuk kedalam zat plastik. Saat kita mencuci bahan tersebut dapat melepaskan mikroplastik dan setelahnya kita tentu menjemurnya—membuat partikel-partikel tadi melayang-layang di udara dan kita hirup. Begitupun ban mobl yang terbuat dari karet dan plastik, tergesek dengan aspal dan bersatu dengan debu di udara.
Itulah sebabnya mengapa bisa peneliti menemukan mikroplastik berada di area paru-paru. Partikel mikroplastik dapat menempel di jaringan paru, memicu peradangan, stres oksidatif, bahkan kemungkinan gangguan sistem imun.
- Melalui Kulit (kontak langsung)
Banyak scrub wajah, sabun, dan pasta gigi mengandung mikrobeads—butiran kecil dari plastik (biasanya polyethylene) yang digunakan untuk eksfoliasi. Partikel mikroplastik ini bisa menempel atau menyusup ke lapisan luar kulit, terutama jika kulit sedang terluka, iritasi, atau sangat tipis. Tidak menyangka bukan, wajah kita yang glowing bisa menjadi ‘jalan tol’ untuk mikroplastik menyusup dalam tubuh?
Mikroplastik berukuran nano juga dapat masuk melalui kulit yang sedang mengalami luka, lecet, atau inflamasi. Penelitian laboratorium menunjukkan bahwa nanoplastik bisa menembus lapisan epidermis dalam kondisi tertentu.
Sarung tangan, masker, plester, dan peralatan medis dari plastik juga bisa melepaskan mikroplastik saat digunakan dalam waktu lama. Pemakaian yang terlalu lama atau dalam kondisi lembap bisa meningkatkan perpindahan partikel plastik mikro ke permukaan kulit.
- Melalui Plasenta (pada janin)
Mikroplastik dapat masuk ke plasenta manusia melalui proses biologis yang kompleks, dan ini menunjukkan bahwa paparan plastik bisa mencapai janin sejak dalam kandungan. Seperti halnya ikan laut yang terkontaminasi, ibu hamil yang ‘terkontaminasi’ mikroplastik dapat menyalurkan zat tersebut kepada bayi dalam kandungannya. Kita tentu tahu, bukan; apa yang dimakan oleh ibu menjadi sumber makanan bagi si bayi.
Mikroplastik dalam darah ibu dapat menempel pada sel darah atau protein pembawa juga Melewati barrier plasenta (penghalang biologis) dan mencapai jaringan plasenta. Partikel plastik dapat menyusup ke dalam cairan ketuban (amniotik), yang melindungi janin. Ini berarti janin bisa terpapar mikroplastik langsung, baik melalui kulit, pernapasan, atau bahkan menelan cairan ketuban yang terkontaminasi.
Mikroplastik dapat membawa bahan kimia toksik (seperti ftalat atau logam berat) yang dapat mengganggu perkembangan sistem saraf janin, fungsi hormon (gangguan endokrin), dan imunitas janin. Mikroplastik juga bisa memicu reaksi peradangan di jaringan plasenta, mengganggu aliran nutrisi dan oksigen ke janin.
Kalian bisa bayangkan, bayi yang belum bisa memilih ingin memakan apa dan belum tahu cara hidup sehat harus terpapar mikroplastik dari ibunya.
Apakah mikroplastik ada manfaatnya bagi tubuh?
Secara umum, mikroplastik tidak memiliki manfaat dalam tubuh manusia. Justru, keberadaan mikroplastik dalam tubuh dianggap beresiko bagi kesehatan. Mikroplastik bukanlah bagian alami dari tubuh atau proses biologis.Tidak ada mekanisme biologis yang diketahui di mana mikroplastik dapat memberikan fungsi positif seperti nutrisi, perbaikan jaringan, atau dukungan metabolik. Sebaliknya, plastik dikenal inert dan berpotensi bersifat racun saat pecah menjadi partikel kecil atau bereaksi dengan lingkungan. Hingga saat ini, tidak ada penelitian ilmiah yang menyatakan bahwa mikroplastik memiliki manfaat dalam tubuh manusia. Justru, sebagian besar penelitian fokus pada potensi bahayanya.
Dapat disimpulkan zat plastik hanyalah bermanfaat untuk eksternal tubuh untuk menunjang kegiatan sehari-hari.
Bagaimana agar mikroplastik tidak masuk dalam tubuh?
Di era sekarang, menghindari mikroplastik sepenuhnya sangat sulit karena partikel ini sudah tersebar luas di lingkungan, makanan, dan udara. Namun, berikut adalah beberapa cara efektif untuk meminimalkan paparan mikroplastik dan mengurangi risikonya bagi tubuh:
- Menghindari pakaian berbahan sintetis
- Minimalkan mengonsumsi makanan dan minuman kemasan, dan makanan olahan tertentu
- Pasang filter udara atau pakailah masker medis saat berada di luar ruangan
- Hindari makan dan minuman panas yang menggunakan wadah plastik
- Gunakan alat masak dan penyimpanan non-plastik
- Daur ulang alat berbahan plastik sekali pakai
Memang, kita tidak bisa menghilangkan sepenuhnya mikroplastik di bumi ini, dan tentu walaupun kecil, sebagian sudah masuk ke dalam tubuh kita. Tidak langsung ada perubahan signifikan, namun, jika terus-menerus menumpuk, mikroplastik bisa mengganggu kesehatan dan membuat tubuh rentan terhadap penyakit. Karena itu, penting bagi kita untuk mulai peduli dan biasakan hidup lebih ramah lingkungan. Dengan langkah sederhana, kita bisa ikut menjaga tubuh kita tetap sehat dan bumi tetap bersih.
Mikroplastik adalah cermin dari pola konsumsi manusia modern. Apakah kita siap mengubah kebiasaan demi masa depan yang lebih bersih dan sehat? Tentu, mengapa tidak? Kalau bukan dari sekarang, kapan lagi? Tentu kita ingin melihat anak-cucu kita sehat dan hidup dalam lingkungan yang bersih, bukan? (Red)