BANTEN, biem.co –Abstrak. Kota Cilegon, yang dahulunya merupakan kawasan agraris, kini bertransformasi menjadi pusat industri yang signifikan. Perkembangan ini, meskipun mendorong pertumbuhan ekonomi, berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, khususnya kualitas udara. Artikel ini akan menguraikan perkembangan industri di Cilegon, potensi dampaknya terhadap polusi udara berdasarkan studi literatur, serta pentingnya pemantauan kualitas udara sebagai langkah mitigasi.
Pendahuluan
Kota Cilegon mengalami transformasi sosio-ekonomi yang signifikan sejak ditetapkan sebagai kawasan industri oleh Pemerintah Daerah Kota Cilegon. Pergeseran dari basis pertanian menuju sektor industri telah menjadi motor utama pertumbuhan dan perkembangan ekonomi kota. Data tahun 2016 menunjukkan bahwa industri di Cilegon dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori utama: industri baja, industri petrokimia dan non-baja, serta industri UMKM, termasuk industri kecil atau home industry. Keberadaan sekitar 125 unit industri, baik yang bergerak di bidang logam maupun non-logam (Syarifa, 2013), menunjukkan betapa dominannya sektor ini dalam lanskap ekonomi Cilegon. Pesatnya perkembangan industri di Cilegon juga diikuti oleh pembangunan infrastruktur pendukung seperti industri perhotelan dan properti (perumahan, perkantoran, pertokoan, dan pusat perbelanjaan). Namun, ekspansi ekonomi ini membawa serta potensi risiko terhadap kualitas lingkungan, terutama kualitas udara akibat peningkatan emisi polutan dari aktivitas industri.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode studi literatur. Tahapan awal metodologi ini adalah mengidentifikasi dan mengumpulkan sumber-sumber informasi yang relevan dengan topik penelitian. Sumber-sumber ini meliputi artikel ilmiah, laporan penelitian, publikasi dari organisasi internasional seperti WHO, serta data dan laporan dari instansi pemerintah terkait kualitas udara dan aktivitas industri di Kota Cilegon.
Pembahasan
Perkembangan ekonomi yang pesat seringkali berkorelasi dengan penurunan kualitas udara akibat peningkatan konsentrasi emisi berbagai jenis polusi. World Health Organization (WHO) pada tahun 2012 melaporkan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian global dengan angka mencapai 8 juta jiwa per tahun, di mana 4,3 juta kematian di antaranya disebabkan oleh polusi udara dalam ruangan. Proses produksi industri, baik skala besar maupun kecil, menghasilkan produk sampingan berupa emisi yang dapat mencemari udara dan berpotensi membahayakan kesehatan masyarakat Kota Cilegon. Kualitas udara bersih didefinisikan sebagai kondisi atmosfer yang bebas dari kontaminan yang tidak dibutuhkan oleh tubuh manusia, dengan karakteristik fisik tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, terasa sejuk, dan tidak mengandung partikel padat seperti debu (Yulianita dkk., 2022). Namun, kualitas udara secara global saat ini menghadapi tantangan serius akibat aktivitas antropogenik dan proses alamiah yang menghasilkan polutan.
Salah satu komponen polutan atmosfer yang signifikan adalah gas sulfur dioksida (SO2). SO2 dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil seperti minyak bumi dan batu bara, serta proses industri yang melibatkan senyawa sulfat. Di Indonesia, industri dan kendaraan bermotor masih banyak mengandalkan batu bara dan minyak bumi sebagai sumber energi utama, yang berkontribusi terhadap emisi SO2 di udara ambien. Gas SO2 merupakan polutan yang sulit dideteksi secara visual karena tidak berwarna. Paparan SO2 dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, termasuk gangguan pernapasan, iritasi, sakit kepala, sakit dada, dan bahkan berpotensi menyerang sistem saraf manusia. Pada konsentrasi yang melebihi ambang batas aman, SO2 dapat menyebabkan kematian (Aulia dkk., 2022).
Kesimpulan
Berdasarkan tinjauan literatur, dapat disimpulkan bahwa keberadaan dan perkembangan aktivitas industri di Kota Cilegon berpotensi signifikan dalam memengaruhi kualitas udara. Emisi polutan dari berbagai jenis industri dapat menurunkan kualitas udara dan berdampak negatif terhadap kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, pemantauan kualitas udara secara berkelanjutan dan komprehensif di Kota Cilegon menjadi sangat penting. Penelitian lebih lanjut yang melibatkan pengukuran kualitas udara secara langsung di berbagai titik lokasi industri dan pemukiman di Cilegon sangat diperlukan untuk mendapatkan gambaran yang lebih akurat mengenai dampak aktivitas industri terhadap kualitas udara setempat. (Red)
Daftar Pustaka
Aulia, E., Chadirin, Y., & Pribadi, A. (2022). Analisis Sebaran SO2 pada Musim Wabah Covid-19 Menggunakan Satelit Aura di Wilayah Jabodetabek. Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan, 7(2), 113-128.
Budiyono, A. (2010). Pencemaran Udara: Dampak Pencemaran Udara Pada lingkungan. Berita Dirgantara, 2(1).
Depkes, 2007. Parameter Pencemar Udara dan Dampaknya Terhadap Kesehatan., Melalui: http://www.depkes.go.id/download/udara. PDF [12/6/11].
Syarifa Wahidah Al Idrus (2013). Pencemaran Udara Akibat Pengolahan Batu Kapur di Dusun Open Desa Mangkung Praya Barat. Jurnal Pijar Mipa, 8(2).
Yulianita, Y., Suryani, N., & Mariati, H. (2022). Analisis Perubahan Kualitas Udara di Kawasan PLTU Teluk Sirih Kota Padang Menggunakan Remote Sensing. Jurnal Pembangunan Nagari, 7(2), 108-119.