InspirasiOpini

Ruang Bahasa: Lebaran

Oleh Encep Abdullah

 

biem.co – Ramadan 1436 H telah usai. Umat muslim menyambut hari raya yang biasa disebut dengan Idulfitri (dalam KBBI digabung penulisannya) atau hari Lebaran. Yang menarik di sini adalah ungkapan Lebaran itu sendiri. Barangkali hanya di Indonesia yang memiliki ungkapan ini. Sebenarnya, dari manakah ungkapan itu berasal?

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

 

Saya baru menyadari kalau Lebaran itu berasal dari bahasa Jawa, yakni berasal dari kata lebar yang berarti ‘sudah selesai’. Kemudian diberikan akhiran –an. Ada juga padanan kata lainnya yang serupa, yakni bubar atau diberikan imbuhan –an menjadi bubaran yang berarti juga ‘selesai’. Kata bubar dan lebar maknanya sama, tetapi kata bubar digunakan oleh masyarakat awam, sedangkan kata lebar digunakan oleh para priyayi (bangsawan) sebagai istilah yang lebih halus/sopan atau disebut dengan babasan. Makna selesai dari kata lebar di sini sebenarnya merujuk pada berakhirnya ibadah puasa yang sudah kita dijalankan selama sebulan.

 

Mengingat masa lalu, sebagai orang Jawa (dari Serang), saya sewaktu kecil sering menggunakan kata lebar ini, semisal ketika main petak umpet dan permainan itu berakhir, kami selalu berujar “wis lebar”. Anehnya di tempat saya, kata lebar sudah jarang atau bahkan sudah ditinggalkan. Terutama oleh kalangan anak-anak. Mungkin yang paling tenar di bahasa Jawa Serang adalah kata peragat, yang juga berarti ‘selesai’.

 

Di bagian Jawa manapun, barangkali makna istilah lebar memiliki persepsi yang sama terkait makna Lebaran. Lebar di sini tidak sama dengan lebar dalam bahasa Indonesia: homograf. Pelafalannya pun berbeda. Namun, kata Lebaran (dengan /L/ kapital) sudah dibakukan menjadi bahasa Indonesia yang berarti ‘hari raya umat Islam yang jatuh pada tanggal 1 Syawal setelah selesai menjalankan ibadah puasa selama sebulan; Idulfitri’. Di satu sisi, ada juga yang mengatakan Lebaran berasal dari tradisi kraton Mataraman (Jogja-Solo) pada masa Kanjeng Sultan Agung hingga sekarang. Disebut Lebaran karena ibarat orang yang 'bertapa' (baca; puasa) selama sebulan. Ketika sudah rampung, puasa ditutup dengan suatu ritual yang bernama Lebaran tersebut.

 

Makna Lebaran ini jauh berbeda dengan makna Idulfitri. Ada tiga definisi Idulfitri oleh kalangan ulama, yakni kembali kepada kesucian, kembali kepada fitrah atau naluri religius, dan kembali kepada keadaan umat Islam untuk diperbolehkan lagi makan dan minum siang hari seperti biasa. Makna Lebaran terlalu sempit untuk dimaknai karena hanya sebatas lebar/ selesai saja, sedangkan Idulfitri dimaknai jauh lebih dalam. Walaupun banyak istilah lain yang juga sering digunakan oleh orang Indonesia, semisal Hari Kemenangan, Hari Mudik, atau Hari Ketupat. Apapun istilah itu, intinya mari kita renungi bersama esensi dari Ramadan yang akan berlalu ini supaya nilai ibadahnya tidak hanya selesai sampai di situ, tetapi terus berlanjut sampai Ramadan berikutnya.


Encep Abdullah adalah alumnus Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Banten.

Editor:

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button