biem.co — Bagi kamu penggemar buku-buku penggugah semangat, sebuah novel yang berjudul A Thousand Miles in Broken Slippers layak dimasukkan ke daftar buku pertama yang kudu kamu baca di 2016 ini. Yaps, bocoran aja, ya, redaksi biem.co berkesempatan "melahap" buku yang baru saja diluncurkan pada 23 Desember 2015 lalu itu, dan sukses meneteskan air mata.
Foto: Instragram/setiawanchogah
A Thousand Miles in Broken Slippers adalah novel setebal 204 halaman yang mengangkat kisah hidup artis berdarah Filipina, Leo Consul. Mengambil setting cerita di Balinao, Filipina, dan Jakarta, Indonesia, Leo boleh dibilang sukses "mengajak" pembaca ke masa lalunya yang sangat pahit.
Secara garis besar, buku ini menceritakan bahwa ada dua golongan pemenang di dunia ini. Golongan pertama adalah mereka yang berhasil mewujudkan mimpinya dengan mengenakan sepatu mahal, dan golongan kedua adalah mereka yang mewujudkan mimpinya hanya beralaskan sandal usang.
Leo Consul adalah orang yang kedua, ia berhasil mewujudkan mimpinya dengan sandal usang. Laki-laki yang sukses merintis kariernya sebagai presenter televisi di Indonesia ini lahir dari keluarga miskin. Ayahnya hanya pekerja serabutan, sedangkan ibunya adalah seorang tukang cuci dan pedagang asongan.
Foto: liputan6.com
Sejak usia delapan tahun, ia menjadi pemulung dan tukang bersih-bersih bus antarkota. Pernahkah kamu membayangkan bahwa seorang Leo Consul merasakan lezatnya burger McDonald's untuk pertama kalinya adalah hasil dari mengais tong sampah?
"Masa kecilku getir dan sulit. Bukan hanya kemiskinan yang melilit, namun kebencian dan penolakan yang dilontarkan dunia padaku juga disebabkan kenyataan bahwa aku anak dari hubungan di luar nikah, " kalimat ini menjadi kunci dalam novel yang dituliskan dengan sangat baik oleh Rosi L. Simamora ini.
Foto: liputan6.com
Pada bab-bab awal, Leo berkisah tentang masa kanak-kanaknya yang kelam, seperti perlakuan kasar dari saudara-saudaranya, penolakan dari pergaulan di sekolah, ibu yang kurang perhatian, sampai kisah pahit getirnya perjuangan menuju jenjang universitas. Masa kanak-kanak hingga dewasa dilewatinya dengan air mata. Beruntung, Leo diberikan sosok seorang ayah nonbiologis yang mencintainya dengan tulus serta orang-orang baik yang Tuhan kirimkan dalam proses perjalanannya menuju impian–menjadi seorang entertainer.
Air mata sepertinya memang ditakdirkan untuk menemani perjalanan hidup seorang Leo Consul, bahkan sampai nasib mengantarnya bertualang dari kota kecil Balinao, lalu ke Manila, sampai ke Jakarta, yang di awal-awal kedatangannya, ibu kota Indonesia itu pun sangat tidak ramah kepadanya. Pun dalam perjalanannya menuju Prancis, air mata tetap setia menemani, namun tentu air mata bahagia.
Semua kisah haru biru itu terangkum dalam A Thousand Miles in Broken Slippers yang sudah tersedia di toko buku dan online shop pada Januari 2016. "Dengan harga yang tidak mahal, membaca buku ini kalian bisa memperoleh inspirasi berharga miliaran," kata Leo saat peluncuran novel yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama ini. (red)