Oleh : Muhammad Asep Rahmatullah
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
(Qs Al-Baqarah ayat 183)
Pada bulan suci Ramadhan tahun 1439 Hijriyah ini, Alhamdulillah semua organisasi Islam bersama pemerintah republik satu suara yang jatuh pada hari Kamis, tanggal 17 Mei 2018. Ibadah puasa merupakan rukun Islam yang keempat, dan ibadah yang memiliki nilai-nilai spirit olah hati, perkataan, dan perbuatan.
Maka dari itu, kita selaku muslim yang baik dituntut untuk senantiasa membersihkan jiwa maupun raga. Sehingga dalam kehidupan sehari-hari dapat berkata dan berbuat benar sesuai Al-Qur’an dan Al-Hadist. Dan juga kaum muslimin dituntut untuk senantiasa istiqomah pada jalan yang benar dan lurus.
Oleh karena itu, ibadah puasa juga memiliki keistimewaan tersendiri, ada dua dimensi yaitu jiwa (ruhiyah) maupun raga (badaniyah). Pertama, dimensi jiwa ruhiyah ini yaitu menguji kesabaran dari hawa nafsu pikiran-pikiran yang rusak, negatif, dan merugikan diri sendiri maupun orang lain. Kedua, dimensi raga badaniyah yaitu melarang perbuatan makan dan minum dari sahur pagi sampai berbuka puasa magrib.
Selanjutnya, pada bulan suci ramadhan juga diturunkannya kitab suci Al-Qur’an, yang dimana Al-Qur’an merupakan sumber petunjuk bagi kaum muslimin, pembeda antara haq dan bathil serta penjelasan mengenai petunjuk itu sendiri. Serta isi Al-Qur’an di dalamnya terdapat perintah dan larangan Allah kepada seluruh umat manusia, baik untuk kehidupan kaum muslimin dan non muslim.
Kemudian, Al-Qur’an merupakan sumber hukum Islam yang di dalamnya mengatur seluruh aspek kehidupan, baik dimensi tata kelola ilmu, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan (Ipoleksosbudhankam). Pada tulisan ini, penulis mencoba mengaitkan antara ibadah puasa dengan tauhid sosial islam. Karena, baik di Indonesia maupun di Provinsi Banten kondisi kesenjangan sosial sangatlah lebar dan memprihatinkan.
Oleh karena itu, perlulah kiranya kita terus berusaha menyelesaikan persoalan sosial kemanusiaan ini. Persoalan sosial identik dengan kemiskinan dan kurangnya kepedulian, baik dari pemerintah maupun masyarakat. Maka, sudah seharusnya pemahaman tauhid sosial ditanamkan rasa kesadaran kepada seluruh umat manusia, khususnya kaum muslimin. Tauhid sosial ini merupakan suatu bentuk nilai-nilai hidup yang mengajarkan tentang kesederhanaan, saling berbagi, saling membantu, dan tolong menolong dalam kebaikan. Dalam ajaran islam ada perintah untuk mengeluarkan zakat, infaq, dan shadaqoh (ZIS).
Sebagaimana firman Allah dalam kitab suci Al-Qur’an yang berbunyi:
“Kitab suci Al-qur’an ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. Yaitu mereka yang beriman kepada yang ghaib, melaksanakan shalat dan menginfakkan sebagian rezeqi yang kami berikan kepada mereka. Dan laksnakanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukulah beserta orang-orang yang rukuk.” (QS Al-Baqarah ayat : 2,3, 43)
ZIS ini merupakan suatu kewajiban kaum muslimin untuk mengatasi persoalan kesenjangan sosial kemanusiaan, baik itu si kaya dan miskin, mampu dan tidak mampu. Oleh karena itu, penanaman pendidikan tauhid sosial begitu penting untuk menyelamatkan umat manusia. Pendidikan keyakinan tauhid sosial meski ditanamkan kepada anak-anak, kaum muda, dewasa serta orang tua.
Apalagi pada momentum bulan suci Ramadhan kali ini, merupakan sarana dan prasarana untuk senantiasa meningkatkan ibadah serta menyucikan diri. Maka, penulis mengajak kepada kaum muslimin untuk selalu melakukan evaluasi dan intropeksi diri pribadi. Serta harus menanamkan prinsip hidup seperti: disiplin, kemandirian, pantang menyerah, hemat, terampil, dan suka tolong menolong dalam urusan kebaikan.
Hanya dengan berbuat amal saleh seperti tolong menolong serta memberi meringankan beban orang yang tidak mampu, baik itu kaum fakir miskin, yatim piatu dan janda serta orang tua jompo yang sudah lanjut usia, itu merupakan nilai-nilai kebaikan. Semoga di bulan suci Ramadhan kali ini kita mampu berpuasa secara sempurna. Serta juga mampu mengaplikasikan nilai-nilai tauhid sosial Islam seperti Nabi Muhammad SAW.
Yang akhirnya, persoalan kesenjangan sosial kemanusiaan di Indonesia dan di Banten ini dapat diatasi dengan baik, sehingga Allah memberikan derajat gelar pahlawan ketaqwaan untuk kemanusiaan yang adil dan beradab bagi seluruh rakyat Indonesia. Semoga
Muhammad Asep Rahmatullah merupakan Ketua DPD IMM Provinsi Banten.