“Hakikat Tobat berarti kembali dari Maksiat menuju Taat, dari jalan yang jauh menuju jalan yang dekat, serta mengatur Ilmu, Hal Dan Amal”
Hakikat tobat adalah kembali dari maksiat menuju taat, dari jalan yang jauh menuju jalan yang dekat, serta mengatur ilmu, hal, dan amal, begitu juga dalam pengaturan pada setiap maqam. Ilmu merupakan salah satu pengikat keimanan kepada Allah swt. Sementara itu, hal adalah perasaan yang lahir dari tobat, dan amal yaitu perbuatan-perbuatan yang lahir dari perasaan di dalam hati dan anggota tubuh.
Tobat didahului dua kewajiban. Pertama, memastikan bahwa dosa yang ditinggalkan benar-benar dosa. Kedua, tidak menganggap bahwa tobat itu semata-mata karena dirinya sendiri. Sebab, Allahlah yang menciptakan tobat itu didalam dirinya dan memudahkannya untuk bertobat.
Kesadaran bahwa Allahlah yang membuat tobatnya bertobat ini termasuk bentuk keimanan kepada Allah, karena erat kaitannya dengan Allah. Selain itu, juga berkaitan erat dengan kabar-kabar dari Allah.
Rukun tobat ada empat: mengetahui, menyesal, bertekad, dan meninggalkan. Adapun batasan penyesalan yang wajib, yaitu penyesalan yang mendorong untuk meninggalkan dosa, sementara hakikat berlari artinya meninggalkan maksiat menuju taat.
Inilah lari yang wajib dan didasarkan atas fondasi keimanan. Artinya, kembalinya hamba dari kesibukan-kesibukan yang melalaikan Allah, dari kebaikan menuju yang lebih baik. Ini juga merupakan tobat dan kembali, serta menjadi syarat kebahagiaan di akhirat. Demikianlah lari yang wajib yag didasarkan atas kesempurnaan iman. Tiada akhir bagi derajat dan tingkatan tobat.
Selain dikenal dengan tobat, kondisi di atas juga disebut sebagai inabah (kembali) karena hakikatnya adalah kembali kepada Allah secara berulang-ulang, meski tanpa didahului dosa. Dengan begitu tobat adalah menyesali setiap dosa, bukan tanpa dosa. Terakhir, tawadhu dalam konteks ini berarti tunduk dan patuh pada kebenaran secara mudah. Allah Mahatahu.
***
*) Naskah diambil dari buku “Taman Kebenaran; Sebuah Destinasi Spiritual Mencari Jati Diri Menemukan Tuhan” yang diterbitkan Turos. Terjemahan singkat dari Kitab Raudhatu ath-Thalibin wa ‘Umdatu as-Salikin karangan Imam al-Ghazali. Penerjemah: Kaserun AS. Rahman.