biem.co — Dalam kajian filsafat bahasa, Martin Heidegger mengatakan bahasa adalah rumah ada, rumah kita, kita berpikir, dan berkomunikasi dengan bahasa. Sementara itu, bahasa daerah dilansir dari Wikipedia, merupakan suatu bahasa yang dituturkan di suatu wilayah dalam sebuah negara kebangsaan pada suatu daerah kecil, negara bagian federal, provinsi, atau daerah yang lebih luas.
Di antara bahasa daerah yang masih eksis digunakan berkomunikasi sehari-hari adalah Bahasa Jawa Serang (Jaseng) yang berada di Provinsi Banten. Secara khusus, bahasa Jaseng menjadi salah satu bahasa yang dipakai oleh masyarakat Banten yang tersebar di beberapa wilayah Serang, Cilegon, dan Pandeglang, yang secara umum disebut Bahasa Jawa Banten.
Bahasa Jawa Banten sendiri memiliki dua kriteria, yaitu bahasa yang sering digunakan sehari-hari (bahasa kasar) dan bahasa bebasan (halus) atau bahasa yang sering digunakan oleh para sesepuh.
Ada beberapa tulisan menyatakan, berkomunikasi memakai bahasa Jaseng oleh sebagian remaja di zaman yang modern ini dianggap kampungan atau ketinggalan zaman. Di mana, mereka menganggap bahasa Jaseng tidak cocok untuk digunakan di zaman yang serba modern ini. Benarkah demikian?
Kenyataan tersebut tidak senada dengan hasil penelusuran tim biem.co di lapangan, di mana delapan dari sepuluh pelajar yang termasuk generasi Z mengaku bangga menggunakan Bahasa Jawa Banten.
Studi kecil tersebut dilakukan di kala perhelatan Deseminasi Kamus Kosakata Bahasa Jawa Banten yang digagas Kantor Bahasa Banten, Selasa (21/08) di Kantor Kemenag Kota Serang.
Alifia dan Kaji, pelajar SMAN 6 Kota Serang yang mewakili 8 dari 10 pelajar yang diwawancara mengatakan, ”kami bangga menggunakan Bahasa Jawa Banten, sehari-hari kami bergaul dan berkomunikasi di sekolah juga dengan Bahasa Jawa Serang”.
Hal tersebut, senada dengan keterangan yang disampaikan oleh Direktur Lab. Bantenologi, Helmy Faizi Bahrul Ulumi. Ia menyatakan Bahasa Jawa Banten atau Serang masih terjaga eksistensinya di tengah masyarakat Banten.
“Bahasa Jawa Banten atau Serang masih eksis digunakan di kehidupan sehari-hari, mulai dari masyarakat didik maupun umum. Masyarakat masih merasa bangga menggunakan ‘Bahasa Ibu’ mereka,” paparnya.
Namun demikian, diakuinya, harus ada upaya-upaya untuk melindungi Bahasa Jawa Banten ini, karena notabene tidak menguasai bahasa Bebasan,” tutup Helmy. (IY)