KABUPATEN LEBAK, biem.co — Keluarga Mahasiswa Lebak (KUMALA) Komisariat Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanudin (UIN SMH) Banten kembali melakukan aksi membagikan rilis pada masyarakat Lebak dan membentangkan spanduk di Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak, Senin (01/02/2021). Kendati sebelumnya dihari yang sama mereka juga melakukan aksi yang serupa di depan perpustakaan Multatuli.
Jika sebelumnya aksi damai yang dilakukan untuk menyikapi persoalan pendidikan, maka kali ini di tujukan untuk menyoroti persoalan pelayanan kesehatan.
Ketua KUMALA Komisariat UIN SMH Banten, Ade Firman mengatakan, pemerintah harus memperhatikan peningkatan kualitas layanan kesehatan bagi warga pelosok dan perbatasan, karena kesehatan merupakan kebutuhan dasar masyarakat. Menurutnya, perbaikan sektor kesehatan tidak hanya soal perbaikan fisik, yang juga harus diperhatikan adalah bagaimana kemudahan masyarakat untuk menjangkau sarana kesehatan tersebut.
“Ketika mencermati pembangunan di daerah, ternyata masih banyak permasalahan yang didapat, misalkan minimnya perhatian di sektor penunjang kesehatan. Kondisi saat ini masyarakat di pelosok masih menghadapi kesulitan karena minimnya alat dan jaringan transportasi menuju puskesmas serta fasilitas kesehatan lainnya,” ujarnya.
Ade Firman juga mencontohkan, di daerah Kecataman Cirinten (Lebak) terjadi peristiwa Ibu hamil melahirkan di jalan saat akan menuju ke puskesmas. Di tempat lain pula tepatnya di kecamatan panggarangan terjadi peristiwa ibu hamil di tandu dengan sarung untuk menuju ke Puskesmas, karena jalan tidak bisa di akses oleh kendaraan.
Tak hanya itu, Belum meratanya penyebaran tenaga dokter, perawat dan bidan di daerah sangat mempengaruhi, terutama pada daerah terpencil atau perbatasan. Terlebih, masih minimnya fasilitas yang tidak memadai, ini merupakan pekerjaan rumah bagi pemerintah.
“Masih terbatas fasilitas alat penunjang bagi kesehatan serta fasilitas sarana dan prasarana kesehatan di daerah yang seharusnya menjadi bentuk pelayanan dasar,” ucapnya.
Selain permasalahan di atas, persoalan stunting tidaklah luput dari perhatian mereka, dari rilis yang di berikan kepada wartawan disampaikan sekira 40 persen atau 38 ribu dari 94.851 anak usia di bawah lima tahun menderita stunting. Salah satu penyebabnya dikarenakan faktor lingkungan, termasuk sanitasi air bersih yang tidak memadai.
Mereka berharap pemerintah lebih meningkatkan perhatian kepada pelayanan kesehatan. Guna terciptanya pemerataan kesehatan di pelosok pedesaan. (Sandi)