Irvan HqKolom

Esih Yuliasari : Mengalahkan Diri Sendiri

Musuh terbesar kita adalah mengalahkan diri sendiri,” – Irvan Hq

CSI#9, biem.coSeperti lazimnya dalam sebuah perjalanan, dalam perjalanan hidup pun kita ditakdirkan bertemu dengan banyak orang. Kadang berpapasan, kadang berjalan beriringan. Kadang bersua sebentar, kadang bersama cukup lama. Kadang bertemu sekali lalu menghilang selamanya, kadang kita dipertemukan berkali-kali tanpa dapat diperkirakan pada waktu yang mana pertemuan terjadi sebagai yang terakhir kali.

Mungkin, kebanyakan dari kita berpikir itu hanya rangkaian peristiwa yang kebetulan, titik. Saya juga pernah berpikir begitu. Tetapi belakangan, saya lebih percaya bahwa mereka hadir di dalam perjalanan hidup saya karena sebuah alasan. Ya, karena sebuah alasan. Tidak ada yang kebetulan dalam kehidupan ini bukan? Semua atas kuasanya Allah. Bukankah setiap daun yang jatuh dan setitik embun yang menetes terjadi atas kehendak-Nya?

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Tulisan ini saya tulis untuk mengenang indahnya skenario Allah mempertemukan saya dengan sosok inspiratif, sosok panutan untuk saya dan anak-anak muda di Banten. Sosok yang tidak sedikit dari tangan dinginnya melahirkan anak-anak muda Banten tangguh dan menginspirasi. Anak-anak muda Banten yang tidak saja berpengaruh di Banten, melainkan juga di Indonesia hingga kancah Internasional.

Sosok tersebut adalah Irfan Nur Ma’ruf atau lebih dikenal dengan nama Irvan Hq. Saya dan teman-teman akrab memanggilnya Om Irvan.

Awal perkenalan saya dengannya sekitar bulan September 2010. Saat itu saya adalah pengurus OSIS di SMAN 2 Kota Serang. Sekolah yang juga menjadi tempat Om Irvan menimba ilmu pada suatu ketika dahulu.

Ketika itu, Pak Deni (kepala sekolah kami tercinta) memanggil beberapa pengurus OSIS termasuk saya keruangannya. Beliau memperkenalkan kami dengan kakak-kakak alumni SMAN 2 Kota Serang angkatan 1993. Kakak-kakak panitia reuni untuk angkatan yang sama. Pak Deni meminta kami membantu kakak-kakak panitia, sebab kegiatan reuni diadakan di aula sekolah, dengan kata lain, OSIS diminta menjadi panitia lokal, menyiapkan hal-hal yang dapat disiapkan oleh kami.

Dengan senang hati kami mengiyakan untuk turut menyukseskan acara yang diberi tajuk CLBK tersebut.

Di hari pelaksanaan kegiatan reuni tepatnya pada tanggal 26 September 2010, diiringi rintik gerimis di luar aula, kami dipertemukan dengan sosok Ketua OSIS Angkatan 1993, yang tidak lain adalah Om Irvan bersama istrinya, Tante Lilis. Mereka sudah menjalin kasih sejak SMA.

Awalnya kami canggung bertemu beliau, tapi senyum khas menyihir dan cara beliau menyapa membuat kecanggungan kami sirna, berubah menjadi cinta. Eits, jangan salah mengartikan, maksud saya seperti cinta adik-adik kepada kakaknya. Mungkin ini yang disebut cinta pada pandangan pertama.

Hari itu kebahagiaan terlihat jelas dari raut wajah kakak-kakak alumni. Kursi yang sudah dipersiapkan oleh panitia reuni justru kosong, karena semua sibuk bercengkrama di beberapa sudut ruangan, sambil berdiri. Suara tertawa begitu menggema di sana. Ah senangnya melihat ini semua, gumam saya dalam hati.

Acara yang penuh canda tawa itu akhirnya ditutup dengan air mata yang tumpah bersama dalam sebuah doa.

Pak Deni mengarahkan dan mengingatkan tentang kematian yang sudah pasti menjemput, kesombongan, hawa nafsu, tentang kenakalan bahkan dosa kepada orang tua, guru, teman dan lainnya. Saat itu seisi aula menangis dan seketika semua berma’afan dan berpelukan. Sungguh syahdunya melihat kebahagiaan ini. Sebuah hubungan yang tulus menggetarkan udara di aula, juga dihati kami.

Selesai acara, Om Irvan dan kakak-kakak panitia reuni lainnya kembali bertemu kami. Mereka menyampaikan ucapan terima kasih. Kami pun berterimakasih atas kebahagiaan hari itu yang semangatnya ditularkan kepada kami. Semangat persahabatan, semangat kekeluargaan.

Setiap pertemuan senantiasa dihadapkan pada perpisahan, begitu juga pertemuan kami dengan kakak-kakak kami—yang waktu sekolahnya berjarak belasan tahun. Pertemuan itu diakhiri dengan tukar nomor telepon. saya pikir, ini momen penting yang tidak boleh dilewatkan. Mungkin saja dengan saling tukar nomor telepon kami dapat menjemput takdir dipertemukan lagi untuk kali kedua dan pertemuan-pertemuan lainnya.

Benar saja, selang beberapa waktu setelah pertemuan itu, saya ditakdirkan mewakili pengurus OSIS untuk menghubungi Om Irvan. Tujuannya adalah bersilaturahmi serta meminta bantuan beliau untuk mensukseskan kegiatan reuni akbar yang kami buat dan baru pertama kali akan dilaksanakan.

Dayung bersambut, beliau  welcome dan benar-benar membantu kami. Ia mulai menghubungi teman-teman seangkatannya untuk hadir dan membantu di acara yang kami gagas. Tidak hanya itu, Om Irvan juga sekuat tenaga menghubungi siapa saja yang bisa menjadi sponsor kegiatan tersebut. Tidak ada susunan kalimat yang dapat menggambarkan kebaikan beliau. Kami mulanya tidak membayangkan bantuannya sampai sejauh itu.

Di acara reuni akbar, saya ingat sekali Om Irvan hadir bersama teman-teman seangkatannya. Ada Om Deni, Om Faisal, Om Hilman, dan lainnya. Sungguh support Om Irvan kepada kami luar biasa. Tidak banyak yang tahu, beliau adalah salah satu sosok di balik kesuksesan reuni akbar SMAN 2 Kota Serang saat itu.

Pada tahun 2011, saya bersama seorang sahabat yakni Panji Aziz Pratama—di masa depan Panji menjadi anak muda prestisius yang go internasional sebab tangan dingin Om Irvan Hq—juga beberapa teman lain memiliki sebuah mimpi. Berawal dari obrolan di angkot sepulang sekolah, kami ingin memiliki sebuah forum tempat teman-teman pengurus OSIS se-Banten bersilaturahmi, bertukar pikiran, saling mendukung dan menyemangati. Alhamdulillah dengan kerja keras yang dilakukan dan lagi-lagi dukungan dari Om Irvan, Forum OSIS Banten yang didalamnya terdapat para pengurus OSIS dari beberapa daerah di Banten, terbentuk. Pada tahun pertama FOB, Panji dipercaya menjadi Ketua Umum dan saya sebagai Sekretaris Umum.

Setiap kegiatan yang kami (Pengurus FOB) lakukan, tidak terlepas dari dukungan Om Irvan. Beliau memberikan jalan untuk kami bertumbuh, memberikan jalan untuk kami berkembang. Beliau sama sekali tidak pernah meminta kami harus seperti ini, harus seperti itu, tapi beliau memberikan teladan yang luar biasa untuk kami. Sungguh terkadang dalam curhatan-curhatan antara saya dan teman-teman yang juga mengenal Om Irvan sering muncul keinginan yang sama, yakni ingin menjadi seperti beliau. Menjadi sosok rendah hati dan peduli akan mimpi serta keinginan anak-anak muda khususnya di Banten ini.

Tahun demi tahun, beliau terus membantu untuk memfasilitasi kegiatan-kegiatan yang dilakukan. Jika saudaraku merasakan dampak positif dari adanya FOB saat itu, maka beliau adalah sosok luar biasa dibelakang kami yang membuat apa yang kami rencanakan dapat diwujudkan.

Saya merasakan jasa yang begitu besar dari Om Irvan di hidup saya. Om Irvan lagi-lagi memberi ruang pada saya untuk berkarya. Ya, pada saat saya sekolah saya dipercaya untuk  mengisi tulisan di tabloid Banten Muda. Sungguh kebanggaan luar biasa bagi saya bisa menulis disana. Bisa mengenal banyak sosok luar biasa dari sana.

Meski pada perjalanannya, setelah saya kuliah, saya sempat menghilang dari lingkaran yang sudah dibangun bersama orang-orang hebat teman-teman seperjuangan saat merintis FOB juga menghilang dari semua aktivitas komunitas yang juga berhubungan dengan Om Irvan, tapi dengan kemurahan hatinya beliau tetap mengajak saya, menerima saya dengan tangan terbuka, “Musuh terbesar kita adalah mengalahkan diri Sendiri,” nasihat Om Irvan saat saya masih ragu untuk kembali bergabung dengan keluarga besar Banten Muda. Om Irvan justru memberikan ruang untuk saya berkarya juga berbagi inspirasi melalui tulisan bersama Banten Muda dan biem.co.

Beliau bagi saya adalah sosok ayah, sosok om, sosok saudara, sosok sahabat, sosok teman, sosok segalanya. Seperti nama lengkap beliau, Irfan Nur Ma’ruf, jika merujuk kepada bahasa Arab diartikan “Pemikiran Cahaya Kebaikan”, sebuah nama yang sesuai dengan orang yang memiliki nama tersebut. Beliau adalah sosok Malaikat tak Bersayap yang Allah kirimkan di bumi Banten tercinta ini.

Kok kayanya berlebihan, Esih?

Sungguh kalimat itupun mungkin tidak mampu membalas begitu banyak kebaikan yang beliau berikan, beliau tularkan, dan beliau ajarkan. Beliau layaknya cahaya yang menerangi jalan kehidupan saya, mungkin kamu; kita.

Untuk mendapatkan buku Tentang Orang yang Memasangkan Sayap Kecil di Pundak Para Pemimpi silahkan klik disini.

“Gak apa-apa banyak salah, supaya kita bisa belajar dan tahu salahnya dimana. Teruskan sampe bener-bener ngga ada koreksi sama sekali,” ujar Irvan Hq waktu itu. Kini saya mengerti bahwa Allah menghadirkan sosok Om Irvan dalam perjalanan hidup ini untuk sebuah alasan. Ya, sebuah alasan untuk terus belajar darinya. (Red)

Esih Yuliasari –  adalah redaktur di portal berita ekbisbanten.com, lahir di Serang pada tanggal 2 Juli 1994. Disela-sela kesibukannya sebagai jurnalis, Sarjana lulusan Fakultas Hukum Universitas Sultan Ageng Tirtayasa ini aktif membuat berbagai desain grafis. Esih juga menginisiasi akun twitter @puisi_cinta dan telah menghasilkan buku Antologi Puisi Cinta. Untuk dapat mengenal tulisannya, silahkan mengunjungi facebook.com/esihyuliasari/notes atau via Instagram @esihyuliasari dan Twitter @puisi_cinta.

Editor: Yulia

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button