Bayangkan, jika ada lebih dari satu Om Irvan melakukan kerja sosial seperti ini, berapa banyak juga generasi muda yang terakomodir untuk melakukan kegiatan positif.” – Hilal Ahmad
CSI#24, biem.co – Mengenal Om Irvan justru lebih dulu mengenal Banten Muda. Bahkan sejak mahasiswa. Saya memang gemar menulis dan mengirimkannya ke majalah-majalah di Jakarta, kebanyakan sih cerpen remaja. Meski ada sih beberapa puisi dan foto untuk kompetisi. Nah, saat itu saya melihat ada poster spanduk ala-ala yang ditancep di pohon kayaknya, lupa sih, berisi info edisi terbaru Banten Muda, saat itu masih berupa tabloid.
Thats all. Nggak kepikiran yang punya adalah Om Irvan. Saat itu yang ada dalam benak saya, pengen banget tahu isi tabloid ini. Tapi setelah dicari-cari ke loper mana-mana di Kota Serang, tetap nggak nemu. Secara saya adalah magazine lover sekaligus magazine hunter apalagi yang isinya teenager gitu, rasa penasaran itu makin menjadi.
Alasannya sih sederhana. Saya pengin tahu banget apa aja rubrik di tabloid remaja Banten ini. Kali aja ada cerpen. Dan saya bisa kirim cerpen ke sini. Alasan selanjutnya, kayak ada rasa-rasa bangganya gitu. Secara ya, bisa dihitung dengan jari tabloid yang diterbitin di Banten. Jadi pengen tahu seleb Banten itu siapa aja, anak-anak hits Banten itu yang mana aja. Secara nih, zaman dulu belum ada Instagram dan Facebook belum jadi ukuran seseorang dianggap hits atau nggak, karena pertemanan dibatasi sampai 5.000. Sekarang sih udah beda. Ada strata selebgram, youtuber, vlogger, dan banyak lagi para orang-orang populer yang muncul dari berbagai media sosial.
Bener sih kalau ada yang bilang, semesta bakal mendukung niat seseorang. Itu juga terjadi pada saya. Sampailah pada suatu waktu, temen ngasih lihat isi tabloid Banten Muda. Eniwei, rasa penasaran terpenuhi. Cuma ya b aja gitu. Maaf ya kalau agak-agak jahat. Dari sisi isi nggak full colour, bedalah sama majalah remaja ibukota. Tapi ada sesuatu yang menarik, sangat menarik, yaitu ada rubrik forum OSIS se-Banten. Konon ini jadi cikal bakal Isbanban aka Istana Belajar Anak Banten yang dikelola Panji dan udah dikenal se-Indonesia.
Saya semakin intens dan mengoleksi Banten Muda sejak sahabat saya, Chogah, masuk dalam jajaran redaksi. Dari situlah, saya sering main ke kantor redaksi Banten Muda di Komplek KPKN, Ciceri, Kota Serang, dan mendapatkan beberapa edisi tabloid, bahkan ada koleksi lawas yang belum saya punya. Ssst, sampai sekarang masih saya koleksi kok.
Sampai sini, sudah kenal Om Irvan? Hehehe, belum.
Ganti Nama dan Hijrah ke Online
Pergerakan Banten Muda sangat progresif dan massif. Saya betah berteman dengan Banten Muda karena jiwa mudanya itu. Sampai akhirnya berganti nama BieM. Masih inget banget, waktu hangout di McD Serang bareng Chogah, ngebahas logo BieM. Sebagai orang yang pernah baca beberapa edisi Banten Muda, saya memberi masukan logo mana yang kira-kira eye catching dan anak muda banget. Waktu itu Chogah memberikan beberapa opsi logo yang ada apinya itu tuh. Sekarang logo ini sudah nggak dipakai dan ganti logo baru.
Nah pa fase ini, saya mulai mengenal Om Irvan. Darimana? Dari cerita-cerita Chogah. Tapi dont worry Om, Chogah cerita yang baik-baik aja kok. Atau seputar artikel yang bisa saya kirim ke biem.co.
Hal yang paling nggak saya lupa dari BieM adalah saat sore yang membingungkan dan membahagiakan di 2016 kalau nggak salah. Jadi ada paket yang nyasar ke kantor. So what? Di 2016, majalah-majalah remaja Jakarta yang sering memuat cerpen-cerpen saya udah pada gulung tikar, tapi sore ini saya dapat kiriman. Biasanya yang mengirimkan paket adalah kantor majalah di Jakarta itu. Darimana ini? Saat dibuka isinya, pigura dengan lukisan wajah saya, kaos BieM.co, dan apa lagi ya lupa. Astaga! Terharu? Banget.
“Itu cara Om Irvan mengapresiasi para penulis artikel di Biem.co, Lal,” itu penjelasan Chogah.
Saya nggak bisa berkata apapun. Jujur nih, saat saya mengirimkan artikel atau tulisan apapun ke redaksi biem.co, yang terlintas bukanlah mendapat honor. Which is saya udah punya kerjaan tetap, jadi menulis artikel tentang kehidupan remaja dan dimuat adalah kebahagiaan lain yang saya dapat, yang pasti bukan materi. Saya senang, kalau ada yang mengapresiasi tulisan saya dan merasa mendapatkan sesuatu yang baru. Makanya, mendapat gift semacam ini di luar ekspektasi.
Kejutan Lainnya
Saya masih ingat, menjelang Lebaran tahun lalu kalau nggak salah, saya mendapatkan bingkisan kue Lebaran dan payung. Demi Tuhan, saya menuliskan ini bukan untuk menghanguskan pahala yang bakal diterima Om Irvan. Tapi ini beneran, membuat saya lagi-lagi terharu.
Why? Saya sadar, saya bukanlah siapa-siapa. Dan persinggungan dengan Om Irvan atau BieM pun hanya melalui perantara, yaps, perantara Chogah dan artikel-artikel yang saya buat. Tapi Om Irvan ingat pada saya di hari istimewa, which is Lebaran. Tak banyak orang melakukan itu pada saya. Oke, ini memang menyedihkan buat saya karena dianggap butiran debu pada kaca nako, hehe. Makanya saya sangat menghargai apa yang diberikan Om Irvan pada saya. Dan masih sangat saya ingat.
Saya mengikuti sepak terjang Om Irvan melalui BieM atau komunitas Banten Mudanya. Misalnya saat penganugerahan generasi muda berprestasi di Banten yang mengapresiasi Darwin Mahesa di bidang film dan beberapa orang lainnya yang saya tidak ingat. Belum lagi saat Om Irvan mengadakan lomba cerpen, yang diikuti peserta dari berbagai penjuru nusantara. Pemenangnya kalau tidak salah Guntur Alam.
Oh ya, saya masih menyimpan buku kumpulan cerpennya meski saya tak datang di acara penganugerahannya. Kenapa saya ingat? Karena waktu itu para pemenang sempat foto bareng saya saat berkunjung ke Rumah Dunia. Kebetulan saya ada di Rumah Dunia waktu itu.
Cukup? Belum. Di penghujung 2017 lalu, melalui pesan di messenger Facebook Om Irvan menawari saya untuk ikut gathering ke Taman Safari, gratis. Tinggal duduk doang. Kaget? Iya. Setahu saya, gathering ini diperuntukkan bagi keluarga redaksi atau yang pernah bergabung di BieM atau Banten Muda? Siapalah saya ini. Tapi bukan itu alasan saya tidak bisa ikut. Alasannya adalah karena harus menghadiri kru saya di rubrik remaja Zetizen yang wisuda di hari yang sama.
Ini Calon Walikota Mana Ya?
Kalau lihat dari gaya Om Irvan yang kalau difoto dalam koran atau spanduk, sering pakai jas terus berdasi, dan senyum mengembang, kayaknya wajar kalau banyak yang menyangka, Om Irvan adalah calon walikota. Omaigad, calon walikota darimana? Saya cuma bisa ngakak sama komentar-komentar ini, dan perlahan saya jelaskan, Om Irvan nggak seperti yang mereka pikir. Kalau saja mereka punya kesempatan ngobrol langsung sama Om Irvan atau seenggaknya chat melalui berbagai aplikasi such as messenger or Whatsapp seperti yang saya lakukan, pasti anggapan itu bakal dibuang jauh-jauh.
You know what, apa yang dilakukan Om Irvan itu punya tujuan yang lebih mulia daripada menjadi kepala daerah. Maaf-maaf ya, kalau nampil di koran sehalaman or di spanduk musiman, terus berbuat kebaikan cuma untuk dipilih melalui pencoblosan suara, kayaknya sih biasa aja. Mending kalau kepilih, bisa bikin kegiatan lebih banyak lagi. Nah kalau nggak kepilih? Kebanyakan sih pada mandek. Dan visi-misi, kegiatan sosial ini itu, nggak terealisasi. Alhasil, ya sudahlah. Semua juga pada tahu kan? Cukstaw alias cukup tahu.
Kloning
Sepak terjang Om Irvan di Banten dengan segala evennya, memang banyak mengarah kepada generasi muda. Entah melalui web biem.co, komunitas Banten Muda, dukungan terhadap Isbanban, sampai mengadakan apresiasi untuk kiprah generasi muda di segala bidang, seharusnya didukung. Jarang loh orang yang seperti ini, I mean, bisa dihitung jari.
Karena itulah saya sangat berempati. Dan membantu apa yang saya bisa. Bukan dengan masuk jajaran redaksi sih, karena saya sudah menjadi bagian media lain yakni redaksi di salah satu surat kabar di Banten, melainkan dengan meluruskan pandangan negatif orang-orang tentang yang dilakukan Om Irvan dan teman-teman di BieM. Ah sudahlah, memikirkan omongan orang memang tidak akan pernah selesai, bukan?
Saya berharap, apa yang dilakukan Om Irvan selama ini, menginspirasi banyak orang melakukan hal yang sama bahkan bisa lebih dari ini. Bayangkan, jika ada lebih dari satu Om Irvan melakukan kerja sosial seperti ini, berapa banyak juga generasi muda yang terakomodir untuk melakukan kegiatan positif.
Untuk mendapatkan buku Tentang Orang yang Memasangkan Sayap Kecil di Pundak Para Pemimpi silahkan klik disini.
Melalui tulisan ini, saya berharap dan berdoa, semoga Om Irvan selalu diberi kesehatan dan semangat untuk bergerak dan berkegiatan, mengarahkan generasi muda untuk berkontribusi positif pada negeri dan bumi pertiwi. Begitupun kita semua, konsisten melakukan apapun yang memberikan manfaat bagi orang lain terutama orang di sekitar kita. Semoga. (Red)
Hilal Ahmad adalah penulis dan jurnalis yang tinggal di Kota Serang, Banten. Aktif menulis sejak 2006 setelah belajar menulis pada Gol A Gong di Rumah Dunia dan bergabung di Forum Lingkar Pena Banten sebagai anggota dan menjadi ketua. Aktivitas saat ini, mengampu halaman anak muda dan komunitas Zetizen di salah satu koran di Banten.
Karyanya berupa cerpen, puisi, artikel, dan lainnya dimuat di beberapa media seperti Biem.co, Sabili, Aneka Yess, Keren Beken, Annida, Gadis, Story, Gaul, Kompas.com, Rumahdunia.com, Radar Banten, Fajar Banten, Banten Raya Post, Tangerang Tribun, Tabloid Kaibon, Tabloid BKOW Banten, majalah kampus Sigma, dan sejumlah buletin indie.
Cerpennya diikutsertakan dalam antologi cerpen unggulan lomba seperti Negeri Kesuda-kumpulan cerpen pilihan pemenang lomba cerpen IAIN Imam Bonjol Padang (Kedaikopi, Februari 2011), Lelaki yang Dibeli- kumpulan cerpen pilihan pemenang lomba cerpen STAIN Purwokerto (Buku Litera, Mei 2011), Ekspedisi Mencari Cewek Idaman- cerpen pilihan lomba cerpen gombal (Diva Press : 2012), dan Kunti I Love U-kumpulan flash fiction lomba dengan tokoh Kunti dan Pocong (AGP :2012).
Tulisan lain berupa artikel diterbitkan dalam buku Para Guru Kehidupan (Gerai Buku, April 2011), Relawan Dunia-kumpulan cerita Relawan Rumah Dunia (KPG, 2011), Teror Married (Glitzy, 2011), Justin Bieber My Idol (Leutika Prio : 2011), Curhat Duta Wisata (3M, 2012), Rahasia Penulis Hebat Membangun Setting Lokasi (Gramedia : 2012), Curhat Duta Wisata-kumpulan kisah motivasi Duta Wisata se-Banten (3M : 2012), dan Annyeonghaseo (3M : 2012).
Sejumlah cerpennya juga terangkum dalam beberapa buku antologi seperti Gilalova 1 : Segila-gilanya Cinta (Gong Publishing, Mei 2010), Bukan Perempuan-kumpulan cerpen pilihan pemenang lomba cerpen STAIN Purwokerto (Grafindo, 2010), Gilalova 2 : Cinta Nggak Kemana-mana (Gong Publishing, 2010), Gilalova 3 : Cinta Datang Tak Diundang Pulang Tak Diantar (Gong Publishing, 2011), Gilalova 4 : Kado untuk Ratu (Gong Publishing, 2011). Selaksa Makna Ramadhan-kumpulan flash ficiton pilihan lomba menulis cerita Ramadan (Leutika Prio : Mei 2011), dan 28 Jurus Beken dengan Cerpen (Fiximedia, 2012). Yang terbaru yakni Teen on the Higway-kumcer wartawan muda Xpresi Radar Banten (Radar Banten : 2012).
Bersama Wanja Al Munawwar, Hilal pun menulis novel remaja berjudul Sepatu Kaca Lili (Leutika Prio, Maret 2011) dan Blitz (Glitzy : 2011). Dua buku terbaru solo yang baru terbit yakni Selingkuholic-kumcer solo (Leutikaprio : 2012) dan Dilema Cinta Pertama-novel (Zettu : 2012).
Hilal juga pernah menjadi nominator 30 cerpen terbaik Lomba Cerpen tingkat mahasiswa se-Indonesia STAIN Purwekerto 2009, nominator 10 puisi lomba terbaik cipta puisi Story 2010, juara II lomba karya tulis ilmiah BI Serang 2010, nominator 15 cerpen pemenang harapan LMCR Rohto/Lip Ice 2010, nominator 15 cerpen terbaik lomba cerpen IAIN Imam Bonjol Padang 2010, juara II Lomba Plesetan Judul Film Taman Sastra 2011, dan nominator 30 cerpen terbaik Lomba Cerpen tingkat mahasiswa se-Indonesia STAIN Purwekerto 2010. Pada 2013, menjuarai lomba penulisan artikel pegadaian.
Hilal yang juga finalis Kang Kota Serang 2011 ini tinggal di Jalan Raya Banten Lama, Unyur, Serang, Banten. Motto hidupnya adalah, Get the New Something Every Day! Hilal bisa dihubungi melalui akun Ig @hilalahmad_