Irvan HqKolom

Catatan Irvan Hq: Pilihlah Pemimpin dengan Rasa Cinta

biem.co — Bagi para petualang politik di Banten, tahun ini merupakan tahun yang ditunggu-tunggu, karena pada tahun inilah peruntungan mereka kembali ditentukan. Adanya perhelatan pilkada di Banten membuka harapan tidak hanya bagi para pasangan calon, melainkan juga sudah menjadi mimpi banyak orang yang berada disekelilingnya.

Mereka akan berjuang tanpa mengenal lelah siang dan malam demi kemenangan pasangan yang dijagokannya, karena apa? Sejujurnya bukan hanya karena ingin melihat Provinsi Banten menjadi daerah yang maju saja, tetapi mereka yakin dan berharap banyak hidupnya akan berubah total minimal menjadi lebih baik. Karena hanya dengan kemenangan itulah mereka dapat menagih janji sebagai bentuk balas jasa atas dukungan yang telah mereka berikan selama ini.

Untuk itu menjadi tidak heran menjelang perhelatan pilkada kita akan dibingungkan oleh bermunculannya sosok para calon kepala daerah yang hampir serupa tapi tak sama. Penampilan mereka dikemas sedemikian idealnya dengan simbol-simbol agama, semuanya tampak dermawan, rajin bersilaturahmi, tampak merakyat dan aspiratif. Semua yang mencalonkan diri merasa dirinya paling baik dan paling layak dipilih.

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Untung saja ada tahapan dimana tiidak semua pasangan calon bisa lolos mengikuti perhelatan ini, tidak bisa dibayangkan kalau semua yang berminat ikut mencalonkan diri bisa lolos semua, pasti banyak rakyat Banten yang dibuat pusing tujuh keliling oleh dermawan-dermawan dadakan yang tampak serupa tapi tak sama.

 

PEMIMPIN IDEAL

Menurut Muhammad Agus Syafii, secara sosial seorang pemimpin adalah penguasa, karena ia memiliki otoritas dalam memutuskan sesuatu yang mengikat orang banyak yang dipimpinnya, tapi menurut etika keagamaan, seorang pemimpin hakekatnya adalah pelayan dari orang banyak yang dipimpinnya (sayyid al-qoumi khodimuhum).

Pemimpin yang akhlaknya rendah pada umumnya menekankan dirinya sebagai penguasa, sementara pemimpin yang berakhlak baik lebih menekankan dirinya sebagai pelayan masyarakatnya. Dampak dari keputusan seorang pemimpin akan sangat besar implikasinya pada rakyat yang dipimpin. Jika keputusannya tepat, maka kebaikan akan merata kepada rakyatnya, tetapi jika keliru maka rakyat banyak akan menanggung derita karenanya.

Oleh karena itu, pemimpin yang baik disebut oleh nabi dengan sebutan pemimpin yang adil (imamun adilun), sementara pemimpin yang buruk digambarkan Al-qur’an dan juga hadis sebagai pemimpin yang zalim. Adil artinya menempatkan sesuatu pada tempatnya, sedangkan sebaliknya zalim artinya menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya.

Meneladani kepemimpinan Rasulullah, akhlak utama yang harus dimiliki seseorang pemimpin adalah keteladanan yang baik (uswah hasanah), terutama dalam kehidupan pribadinya, seperti hidup bersih, sederhana dan mengutamakan orang lain. Tentang betapa tingginya nilai keadilan pemimpin, hadis riwayat Tabrani menyebutkan bahwa satu hari seorang pemimpin yang adil setara dengan ibadah tujuh puluh tahun.

 

RASA CINTA

Sebagai orang yang beragama, dalam memilih sebaiknya kita juga menggunakan akal sehat. Addinu huwa al’aqlu la dina liman la ‘aqla lahu (agama adalah akal, maka tidak ada agama bagi orang yang tidak menggunakan akal), tidak perlu cinta buta bersikukuh dengan pandangan yang diyakini dan menutup diri dari pandangan lain (yang justru mungkin lebih benar), apalagi sampai terjerumus kedalam perbuatan yang konyol dan sia-sia. Nabi saw mengingatkan bahwa barangsiapa yang mati karena membela sesuatu secara fanatik buta (mata ‘ala ‘asabiyyah) maka ia akan masuk neraka.

Pemimpin yang baik selalu mempunyai keinginan untuk menebarkan cinta pada rakyatnya, hingga rakyatnya sadar untuk mencintainya. Karena dengan cinta, seorang pemimpin akan mensejahterakan rakyatnya dengan memberikan kemampuan terbaiknya. Menggunakan rumus dari Imam Ghazali, pilihlah calon kepala daerah dengan dua rasa cinta; yang pertama, cinta kepada orang baik, meskipun yang dicintainya tidak memberikan apa pun kepadanya, seperti cinta kepada nabi dan ulama. Yang kedua, cinta kepada kebaikan, terlepas dari siapa pemilik kebaikan itu.

Setelah itu, nanti siapa pun yang terpilih, mari kita berikan dukungan dan kerjasama yang terbaik, tidak ada manusia yang sempurna, semuanya perlu proses dan kerja keras. Perubahan, apa pun bentuknya, pasti awalnya akan menimbulkan ketidaknyamanan, seperti orang yang belajar naik sepeda, awalnya pasti jatuh bangun dan luka-luka, namun lama kelamaan toh nantinya sepeda itu akan melaju kencang juga. Selamat Memilah dan Memilih! [*]

Editor: Redaksi

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button