KomunitasReview

Komplek Inggris Mandala, Wijanarko: Jangan Pesimis Masih Banyak Orang Baik

biem.co — Mulai dari 6 Januari, di sebuah kelas madrasah yang sederhana, beberapa anak muda berkumpul selepas isya untuk belajar dan berdiskusi perihal dunia desain grafis. Masing-masing dari mereka membawa laptop, mouse, aneka makanan dan minuman sebagai camilan peneman belajar. Beberapa dari mereka juga membawa rollan dari rumah mereka sendiri dikarenakan baterai laptop mereka yang cenderung bocor.

Madrasah ini terletak di Komplek Mandala Citra Indah, sebuah komplek perumahan di Kota Serang. Siangnya, sekitar pukul 14.00-17.00, berjalan kegiatan belajar mengajar keagamaan tingkat Madrasah Diniyah. Kebetulan setiap malamnya tidak ada aktivitas maupun kegiatan yang berjalan. Hal ini dimanfaatkan oleh salah satu pengagas Komplek Inggris Mandala (KIM), Wijanarko, untuk mengadakan Kelas Desain Grafis tiap malam Sabtu dan malam Senin.

KIM adalah sebuah komunitas nirlaba yang bergerak di bidang pembelajaran bahasa asing, khususnya bahasa Inggris. Wijanarko yang merupakan salah satu mahasiswa jurusan Pendididkan Bahasa Inggris di IAIN Banten ini menuturkan bahwa KIM tidak hanya berkutat pada pelatihan bahasa saja.

“Ya, nggak mentok sama bahasa aja, kami tetap terbuka kepada siapapun yang ingin berbagi ilmu dalam bidang apapun, seperti contohnya kelas desain ini,” tutur Wijanarko.

Sekadar informasi, imbuh Wijanako, KIM telah eksis berdiri sejak 2014 silam, namun sejak Mei 2016 sempat vakum hingga sekarang lantaran kesibukan para pengurusnya.

Menurut Wiwid –panggilan sapaan Wijanarko-, desain grafis telah menjadi kebutuhan bagi nyaris setiap elemen masyarakat.

“Kehadiran seorang desainer sangat krusial apalagi dalam industri kreatif dan entrepreneurship. Mau promosi ini-itu kan butuh desainer biar jangkauan pasarnya bagus,” imbuh Wijanarko.

Senada dengan Wiwid, Eggi, salah satu peserta kelas desain yang merupakan mahasiswa jurusan Teknik Informatika di Unsera mengatakan bahwa motivasinya mengikuti kelas desain ini adalah untuk memperdalam Corel Draw dan Photoshop. Dua software tersebut adalah software yang digunakan untuk mendesain. “Bagus, kita butuh banget ilmu ini,” katanya.

Pengajar kelas desain ini adalah Fahri, seorang desainer berpengalaman di salah satu percetekan di Kota Serang. Perlu diketahui bahwa kelas ini diadakan tanpa dipungut biaya sepeserpun alias gratis. Padahal jika dinominalkan, rata-rata kursus desain grafis di Kota Serang menghabiskan jutaan rupiah per orang. Peserta kelas desain ini berjumlah sebelas orang, jika dikalikan biaya kursus tadi, tentu hasilnya lumayan bukan?

Namun di tengah derasnya kapitalisme dan harga kebutuhan-kebutuhan yang semakin meningkat, Bang Fahri –demikian para peserta kelas desain memanggilnya- dengan santainya mengajar tanpa memungut biaya. Ketika ditanya apa yang memicunya menghabiskan waktunya untuk mengajar dengan cuma-cuma, ia menjawab dengan nyeleneh, “kaya ada yang nyuruh gua aja gitu,” katanya.

Dia menambahkan, “gua keinget aja sama temen gua yang guru honorer, ia dibayar Rp400 ribu per bulan. Yang gua lakuin mah belum ada apa-apanya,” serunya sambil tertawa kecil.

Hingga kini, kelas desain ini telah berjalan sebanyak delapan kali pertemuan. Meski tidak dipungut biaya, para peserta atas kesadaran sendiri mengumpulkan iuran untuk membeli konsumsi untuk pengajar dan juga mereka sendiri.

Saat hendak mengakhiri wawancara, Wiwid berpesan, “jangan sanksi dan jangan pesimis ya, masih banyak kok orang baik,” pungkasnya.

Untuk mengetahui segala kegiatan dan aktivitas KIM, teman-teman bisa mengikuti keseruannya via facebook @visitKIM. (*)

Editor: Andri Firmansyah

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button