OpiniReview

Joseph Sebastian Nazareno Silaen: Acara TV Sumber Masalah?

biem.co — Sejarah merupakan ilmu yang akan selalu diserang dan dipakai dalam dunia yang kian modern dan canggih. Bahkan di tengah pusara rating dan meraih peminat, sejarah adalah pembenaran dalam menjelaskan ritme ekonomi,politik, bahkan gaya hidup. Entah perilaku seorang politikus, seorang pecipta game digital, atau pembuat film selalu saja ada cara membuat sejarah akan ditengok kembali.

Sebagai contoh, Sid Meier Pirates. Permainan bajak laut yang diakses melalui komputer pernah eksis. Saya mulai dengan pengalaman bermain Sid Meier Pirates di warnet pada tahun 2007. Kita menjadi bajak laut, ketika adik-adik memainkannya, kalian dijamin membayangkan menjadi Jack Sparrow. Permainan ilustrasi abad 17-19  ini awalnya memilih mengabdi pada salah satu dari empat Negara (Inggris, Spanyol, Perancis, dan Belanda). Kita mengarungi laut untuk menjelajah harta dan taklukan musuh.

Permainan ini bukan hanya sebatas fiksi, namun nyatanya 4 negara ini adalah berberapa Negara yang eksis dalam penjelahan dunia. Penjelajahan dunia dilakukan oleh banyak negara-negara kuat (Eropa) pada masa itu baik melakukan ekspedisi dagang, hubungan diplomatik, maupun ekspansi militer. Setelah jatuhnya konstantinopel ke tangan Turki Usmani tahun 1453, secara perlahan negara-negara Eropa yang awalnya mengadakan aktivitas laut tengah mulai fokus mencari “kebutuhan” secara langsung.

Kebiasaan mengutip, akhirnya meramu sejarah akan dekat dengan kita. Bahkan industri hiburan akan membuat mahasiswa Sejarah akan gigit jari ketika jalan cerita tidak sesuai dengan buku-buku yang dibaca mereka. Ruangan kelas dipenuhi dosen dan mahasiswa berdiskusi bagimana miris sinetron Raden Kian Santang, Gadjah Mada, Tutur Tinular 2013, dan judul lainnya.

 

Ramuan stasiun TV

Anehnya para penonton akan tersihir dengan jalan cerita yang dramatis dan menyayat hati. Bahkan dalam penawaran stasiun TV adalah judul drama India, FTV Rumah Tangga, FTV Lebay, dan Sinteron (baik Fiski, Cinta dan Rumah Tangga, dan laga). Semua acara TV mencoba merebut hati dengan caranya sendiri. Sinetron Tukang Bubur Naik Haji, ketika Haji Sulam meninggal dalam cerita, animo masyarakat tetap tinggi dan dijadikan judul andalan. Sedangkan sebelumnya sudah ada judul geng motor yang lebih banyak beradegan pukul-pukulan, balap motor, percintaan remaja.

Semua dikemas dalam Sinetron Anak Jalanan, yang menjadi andalan lain RCTI dalam menanggapi persaingan mengambil niat masyarakat. Penatang mereka banyak, ada ANTV yang mengadalakan reality show Take Me Out, lalu Indosiar dengan acara dangdutnya dan SCTV dengan acara sinetron beruntun seperti RCTI. Bisa dikatakan acara TV kita mengalami perubahan minat penonton dari gaya cerita yang awalnya mengandalkan jam-jam primer menuju semakin lama tv menyala dalam sebuah acara TV semakin baik.

Sehingga perubahan ini secara tidak langsung akan merubah masyarakatnya, mencoba melawan logika berpikir yang ada dalam masyarakat untuk menyatu dan menerima sajian media. Hal ini diperparah dengan usaha melegalkan acara melalui media sosial. Sehingga masyarakat akan ebih akrab, lebih dekat, dengan yang ada dalam layar kaca ketimbang bagimana mencoba apa tayangan pantas diganti atau tidak.

Saya punya seorang adik perempuan dari saudari (sepupu) dari Ibu. Dia anak sangat aktif dan suka meniru. Memang anak dalam usia 5-7 tahun selalu suka meniru dengan apa yang akrab dengan mereka akrabi. Dia merengek ke ibunya untuk dibelikan celana ekor ikan, dan Ibu membelikan lalu memfoto anaknya dengan memakai celana itu. Sebelumnya saya pergi makan Mie Ayam didekat rumah, saya dilayani oleh anak buah pemilik warung. Tidak berapa lama pemilik dan istri juaga anaknya datang, rupanya mereka pulang dari mencari celana ekor ikan.

Apa yang sedang terjadi, saya malah ingat dengan handout seorang teman dalam sebuah diskusi. Dia merasa aneh dengan anak yang meniru ucapan Prilly Latuconsina dalam Sinetron Ganteng-ganteng Serigala. Padahal yang lebih parah dalam sinetron itu adalah semakin jauh dengan kenyataan masyarakat kita terkhusus Indonesia.

Kita menjadi lebih dekat dengan cerita-cerita yang jauh dengan kita. Sebagai contoh, kita yang sudah cukup kenal dengan cerita horor dan macam-macam mahluk halus. Mahluk halus macam Kuntilanak, Palasik, Bagaspati, tidak begitu akrab. Namun cerita Vampire, dan Serigala yang jauh lebih akrab dengan cerita rakyat Eropa. Entah karena apa hubungan antara cerita dengan Vampire yang harus hidup ditengah suhu tropis Indonesia yang jelas musuh mereka. Sedangkan masyarakat kitaa lebih mengenal Ajag yang merupakan spies serigala di Indonesia.

Lalu cerita Mermaid (manusia duyung) merupakan salahsatu cerita rakyat Yunani. Lalu muncul kembali dalam berapa catatan pelaut pada abad 14 dan 15. Pelaut eropa mempercayai adanya mahluk didalam lautan yang tenang, salahsatu cerita yang berkembang adalah Memaid. Sebagai contoh film Pirates of The Caribbean 4 yang menampilkan penampakan manusia duyung.  Cerita yang disajikan SCTV dalam Mermaid in Love memang sejak dulu sudah akrab dilayar kaca.

Bahkan Ayu Azahari sudah muncul dalam dua sinetron memerankan manusia Duyung yang akrab dengan manusia. Judul ini memang dianggap remeh oleh aktvis. Mereka bahkan lebih takut dengan judul-judul yang lebih melawan konteks yang dipahami. Semisal bagimana MNCTV dengan judul Gajah Mada yang ditampilkan anak kecil yang sakti mandraguna lalu titengah film memeluk agama Islam.

Saat berbicara akan koteks sejarah, tidak ada catatan yang memuat Gajah Mada dalam bentuk perawakan bahkan kehidupan pribadi. Dia hanya ditampilkan sebagai pejabat kerajaan Majapahit yang kariernya cukup cemerlang. Bahkan wajah Gajah mada yang ditebak Mohammad Yamin lewat temuan celengan wajah, dianggap sebagai keliruan.

Inilah yang menjadi masalah segala yang tidak umum, berhasil membius masyarakat yang mengandalkan tv sebagai hiburan utama. Bahkan dengan mengandalkan antena, kamu bisa melihat acara-acara stasiun TV dibandingakan mengeluarkan uang lagi untuk biaya TV berbayar.

 

Kebosanan yang tiada berbalas

Ketika orde baru mendapuk kuasa tertinggi, Film memiliki tempat yang kuat. Kerjasama dengan pihak asing bukan hanya menambah warna film. Bahkan aliran barang dan alat hingga pemeran menjadi magnet. Jika di zaman orde lama, masih mengandalkan peralatan zaman balanda dengan berberapa perubahan. Zaman Orde terjadi perubahan perlahan film.

Film mulai gandrung dengan pegolongan; Laga, Sejarah, Komedi, Fiksi, Percintaan, Komedi terakhir Horor. Dari ini, timbul tokoh-tokoh yang menjadi idola-idola dalam masyarakat Barry Prima menjadi tokoh utama pendekar yang bersifat luhur.

Suzanna yang akrab dengan film-film horor, dan Advent Bangun yang seringkali mendapat tokoh-tokoh utama antagonis. Belum lagi tokoh Warkop dan Eva Arnaz yang menjadi cerita dalam perkembangan dunia hiburan. Walaupun dalam masa itu bisa dikatakan masyarakat masih akrab dengan hiburan umum macam seperti pangung desa, atau acara radio. Perlahan-lahan layar tacap muncul lalu kewajiban anak-anak sekolah menonton bersama guru ketika film pejuangan.

Perkembangan TVRI menanjak satu-satu stasiun TV dan Stasiun pemerintahan menjadikan adanya aturan baku. Mulai bobot acara, berita yang dekat dengan program pemerintah serta lainya. 1970-1980-an akhir menjadi masa indah. Radio,Bioskop, TVRI memiliki basis yang tetap. Tony Hidayat memiliki pencinta tetap lewat sandiwara radio,lalu menyetuh bioskop. Hal yang sama terjadi oleh Warkop ketika mulai di Pambors mereka dikenal suaranya, sebelum berperan di Film dan TV.

Rumus ini, mencapai titik didihnya, 1990-an mulai masuki, Channel mulai banyak, semua berjuang demi ukuran penonton. Pada titik inilah yang krusial, masyarakat beralih dari radio ke TV. Acara mulai dicintai masyarakat, dan menerima semua pada dalam sajian acara TV. Pada suatu sisi, mereka berjuang pada memberikan hiburan dan lepaskan dulu padangan baku tenatang masalah bobot.

Pada sisi yang lain, logika masyarakat menjadi korban. Perjalanan sejarah masyarakat atau gagalnya pemahaman masyarakat soal acara berkualitas. Toh hiburan murah dan berkualitas memang perlu namun bagaimana cara melakukanya? 


Joseph Sebastian Nazareno Silaen, lulusan dari Univeritas Negeri Yogyakarta, jurusan sejarah dan menyukai isu-isu kekinian dan pemikiran sosialis. Lahir Serang, 13 Juni 1991 dan tinggal di Pondok Cilegon Indah (PCI) Blok C3 No. 11, Serang, ­Banten. Dapat dihubungi di 081316463702.

Editor: Andri Firmansyah

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button