JAKARTA, biem.co — Komisaris Penerbit Balai Pustaka, Razif menilai, komunitas sastra di Indonesia perlu segera menyusun kanon sastra atau daftar karya sastra yang bernilai estetik dan layak dibaca oleh publik. Menurutnya, hal itu penting untuk memajukan kebudayaan.
“Apabila tidak ada peneliti yang memberikan ulasan perkembangan sastra di Indonesia maka dunia sastra Indonesia menjadi hutan belantara tanpa referensi,” katanya saat menjadi pembicara dalam diskusi pra-festival Jakarta International Literary Festival 2019, Kamis (25/7).
Lebih lanjut, dalam kegiatan yang digelar di Galeri Cipta II, Taman Ismail Marzuki tersebut, Razif mengatakan, nantinya kanon sastra yang dibuat, memuat catatan atas perkembangan sastra yang ada serta mengulas buku-buku sastra berpengaruh.
Selain itu, kanon juga menguraikan unsur kepengarangan seorang penulis atau tema yang berkembang dalam khazanah sastra nasional dan dunia.
Adapun proses penyusunan kanon tersebut, kata Razif, dapat dimulai dengan membentuk tim kurasi karya sastra dan mengulas pengarangnya dalam serangkaian diskusi yang demokratis.
“Mereka perlu terlebih dulu menetapkan batasan tonggak perjalanan sastra modern Indonesia. Kita bisa memulai dari Negarakertagama atau Max Havelaar karya Multatuli,” terangnya.
Razif juga menyarankan tim kurasi memperhatikan proporsi penulis perempuan dan laki-laki agar menghindari bias gender. Selain itu, kanon juga perlu mencakup tema sastra nasionalis dan anti kolonialisme.
Baca Juga
“Di dalam penyusunan daftar kanon sastra Indonesia bisa saja terjadi saling pengaruh antara novel Manusia Bebas karya Suwarsih Djojopuspito dan salah satu karya Pramoedya Ananta Toer,” tandas pria lulusan Ilmu Budaya Universitas Indonesia dan Universitas Gadjah Mada itu.
Diketahui, Jakarta International Literary Festival 2019 adalah sebuah perhelatan yang digagas oleh Komite Sastra Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) yang akan diadakan pada 20-24 Agustus 2019 mendatang di Taman Ismail Marzuki.
Dalam kegiatan tersebut akan hadir para penulis dan penerbit dari dalam dan luar negeri untuk mengisi rangkaian program yang telah dibuat.
Program utama dalam festival ini adalah pidato kunci, simposium, pameran, lab ekosistem sastra, diskusi bacaan alternatif “Bacaan Liar”, pasar hak cipta, dan Jakarta Award. (Eys)