Sosok

Fitri Aulia Abdullah: Antara Suntikan Pasien dan Kuas Manten

Nama wedding organizer yang dicetuskan pun cukup menarik yaitu Dokter Syar’i Bridal. Sebab saat Fitri melakukan koas, ia sudah gemar berjualan. Saat itu Fitri mencoba berjualan baju gamis yang ia bawa ke ruang-ruang rawat pasien. Sambil memeriksa pasien, ia menawarkan gamis yang dibuat dari hasil desainnya. Sejak saat itu, pasien selalu menyebutnya sebagai Dokter Syar’i. Setelah membuka usaha wedding organizer ia hanya menambahkan kata bridal pada nama usahanya yang berarti pengantin.

Mendirikan usaha wedding organizer yang berfokus pada konsep pernikahan islami menurut Fitri tidak mudah. Ia juga sempat berkaca dari pengalaman menikahnya yang nyaris kacau, sebab wedding organizer yang disewa kurang profesional dalam menata rias wajah dan gaun yang ia minta.

“Dulu waktu mau nikah sempat trauma karena W.O. yang saya pakai ternyata nggak mau rias saya secara syar’i, dan make up-nya pun tebal sekali, dikasih bulu mata bahkan hampir mau cukur alis, beruntung sempat saya tolak,” kisahnya.

Selain itu celaan juga tak pelak datang silih berganti. Banyak wedding organizer lain yang selalu menjelek-jelekkan ‘Dokter Syar’i Bridal’.

“Kata mereka, kalau terpaku konsep pernikahan Islami nggak akan laku. Mana ada pengantin mau dirias tapi nggak pakai bulu mata palsu. Gak pangling,” ujarnya.

Namun dengan celaan tersebut, seorang Fitri Aulia Abdullah tidak patah semangat begitu saja. Ia justru membuktikan bahwa wedding organizer-nya bisa berkembang dengan banyaknya project yang didapat.

“Alhamdulillah, tahun pertama buka targetnya dua puluh project, tapi Allah kasih hampir dua ratus project,” tuturnya dengan mata berbinar-binar.

Usaha yang dijalankan oleh Fitri juga tak lepas dari kisah hijrahnya menjadi seorang muslimah. Meski hidup di lingkungan keluarga yang agamis, ayahnya sempat menentang Fitri ketika berubah mengenakan hijab syar’i yang panjang menjuntai. Alasan ayahnya sederhana, ia tak mau putrinya jatuh ke dalam lingkungan radikal. Walau begitu, Fitri mampu meyakinkan ayahnya. Sejak kelas tiga SMA Fitri sudah terbiasa memakai hijab syar’i kemana-mana.

Saat ini Fitri tidak bekerja di rumah sakit manapun. Ia membuka klinik kecil-kecilan di salah satu ruko daerah Rau. Klinik tersebut ia peruntukkan bagi orang-orang kurang mampu dan tanpa dipungut biaya apapun. Ia menjalankan wasiat ayahnya untuk menjadi seorang dokter yang tidak makan uang pasien sepeser pun. Bagi Fitri, menjadi dokter adalah profesi yang mulia.

“Memang benar, menjadi dokter bukan hanya soal uang atau harta, lebih dari itu,” tuturnya.

Selain disibukkan dengan usahanya, Fitri juga selalu aktif dalam setiap kegiatan sosial. Ia sering menjadi pembicara pada beberapa seminar, menjadi seorang relawan medis dari beberapa bencana yang akhir-akhir ini terjadi, serta menjadi seorang founder dari sebuah komunitas sosial yang dinamakan Komunitas 1000 Tangan.

“Dokter itu bagian dari pekerjaan sosial, bukan hanya materi. Saya mencari materi bukan dari gelar saya, namun dari usaha saya sesuai dengan wasiat ayah saya.”

Hari itu perbincangan saya dengan Fitri ditutup oleh gaungan adzan Maghrib. (nita)

Editor:
Previous page 1 2

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button