biem.co – Sobat biem, kasus infeksi Covid-19 di dunia kian hari kian bertambah jumlahnya. Dilansir Worldometers, hingga Jumat (22/1/2021) pagi, total kasus di seluruh dunia mencapai 98.085.548 kasus.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 2,100,341 orang meninggal dunia, dan 70,463,776 orang dinyatakan pulih.
Adapun negara dengan angka kasus tertinggi saat ini masih Amerika Serikat sebanyak 25,196,086 kasus dengan 420,285 kasus kematian. Disusul India di posisi kedua dan Brasil di posisi ketiga.
Meski Sobat biem semua beranggapan bahwa Ancaman terbesar manusia di seluruh dunia adalah Covid-19. Hal ini tidak salah, tapi juga tidak sepenuhnya benar. Karena selain Corona-19, para ahli berpendapat bahwa dalam jangka menengah ekonomi global akan terancam oleh dampak lanjutan dari krisis virus. Salah satu dampaknya adalah merapuhnya stabilitas geo-politik dalam 5 hingga 10 tahun ke depan.
Namun, tidak hanya itu. Dalam survey yang dilakukan World Economic Forum Global Risks, risiko yang lebih mengancam sebenarnya ternyata adalah risiko pencemaran lingkungan. Lho! kok bisa?
Dalam Laporan Risiko Global 2021 edisi ke-16 WEFGR menyatakan bahwa krisis iklim menjadi ancaman terburuk dibanding Covid-19.
Menurut laporan tersebut, “kerugian ekonomi dan ekosistem langsung dari COVID-19 sangat parah. Hal ini akan mengancam seluruh strategi semua negara di dunia dalam mengurangi angka kemiskinan dan ketimpangan sosial secara global, dan lebih jauh lagi akan merusak kohesi sosial dan kerja sama global.”
Covid-19 tidak hanya menyebabkan hilangnya nyawa dalam skala besar, tetapi juga menghambat pembangunan ekonomi di beberapa negara miskin di dunia, sekaligus memperkuat ketimpangan sosial di seluruh dunia.
Ancaman Eksistensi Manusia
Laporan WEFGR 2021 menyatakan bahwa masalah iklim menjadi bagian terbesar dari daftar risiko tahun 2021 ini. Laporan tersebut menggambarkannya sebagai “ancaman eksistensial umat manusia.”
Meskipun telah terjadi penurunan emisi karbon secara besar-besaran yang disebabkan oleh terhentinya pada ekspor-impor dan perjalanan internasional, namun, para ahli khawatir bahwa ketika ekonomi mulai pulih, emisi akan melonjak tajam karena akumulasi tahun sebelumnya.
Menurut salah satu komunitas yang tergabung dalam forum ini, Global Shapers, risiko terkait iklim ini dipandang sebagai “risiko jangka panjang yang paling berdampak dibanding virus.”
Mereka melihat risiko tersebut sebagai ancaman langsung, risiko makro dalam jangka menengah dan risiko geo-politik fundamental dalam jangka panjang.
Ancaman pendek yang dimaksud adalah penyakit menular, krisis mata pencaharian, ketidaksetaraan digital, dan kekecewaan milenial dunia yang merasa kehilangan waktunya selama satu tahun ini.
Adapun risiko jangka menengah dalam tiga hingga lima tahun ke depan datang dari kerusakan infrastruktur teknologi informasi, ketidakstabilan harga, dan krisis utang.
Sementara dalam jangka panjang, masyarakat menyuarakan keprihatinan tentang senjata pemusnah massal, keruntuhan negara, hilangnya keanekaragaman hayati, dan kemajuan teknologi yang tak terbendung. Hal tersebut dianggap merugikan dari sisi lingkungan hidup.
Semoga tidak terjadi seperti yang dikhawatirkan, ya, Sobat biem.
Yuk! jaga diri dan bumi kita ^_^ (EJ)