biem.co – Saya mengenal transaksi hutang ketika ibu saya nimbrung di tengah kerumunan orang-orang yang sedang memilih alat-alat dapur untuk memasak dengan berbagai jenis dan merk produksi. Ketika itu saya anak-anak. Saya melihat ada panci, teko, langseung, kekenceng, sendok, gelas, piring duralex, dan dangdang. Di situ para ibu satu persatu mengambil barang dengan harga dan besaran tagihan harian yang beragam. Setelah dicatat, satu persatu dari kalangan ibu-ibu itu pergi meninggalkan tukang kredit dengan wajah sumringah, karena mendapatkan barang keperluan dapur yang baru.
Tukang kredit itu berperawakan sedang, pakai topi lak/koboi, dengan selempang tas kecil. Ia tampak kuat, kata orang Cilegon, petekel. Setiap hari ia berkeliling menyusuri jalan dari jalan besar hingga ke gang-gang perkampungan. Ia tidak sendiri, ada asistennya yang bertugas memikul berbagai barang. Sebagai boss, tukang kredit itu mendorong sepeda berisi barang-barang yang akan ditawarkan kepada ibu-ibu yang berada di seantero jagat raya. Mereka yang kadang ditemui saat sedang bergerombol di teritis atau sedang didis (mencari kutu dan lingse di rambut), dengan senang hati menyambut kedatangan lelaki bertopi lak dan asistennya itu. Kadangkala, ada ibu-ibu yang hanya ikut menanyakan harga barang tanpa ada niat membelinya.
Setiap barang yang diambil oleh ibu-ibu tersebut dicatat, dikasih tahu tata cara dan prosedur pembayarannya, detail dengan nilai rupiah setiap pembayaran. Akuntansi jalanan, bermodalkan ingatan tentang harga semua barang, dengan azas manfaat dan saling menguntungkan, tanpa paksaan. Adanya dokumen perjanjian dan wawancara, tanpa materai, bebas pajak serta tanpa dibubuhi tanda tangan dan tanpa stempel. Begitu mengalir komunikasi antara tukang kredit dan ibu-ibu di kampung.
Sambil masak di dapur, ada kemungkinan sang ibu rumah tangga selalu berpikir, yang ini lunas, yang ini belum, mau lunas. bahkan pernah saya saksikan ada yang tidak sanggup bayar, barangnya diambil kembali dan cicilan sebelumnya jadi hilang tanpa jejak. Sikap tukang kredit mudah ditebak dalam keadaan itu: marah, melotot, ngomel sambil membereskan barang-barangnya yang dipikul dan mencoret catatan di buku kecilnya yang khas bercorak motif batik lurik warna hijau, lengkap dengan pulpen terselip di bukunya.