Semangat masyarakat untuk berbagi perlu terus dihidupkan agar terus terjaga. Jangan sampai kedermawanan sosial itu hanya untuk sesaat saja. Lebih dari itu, kedermawanan sosial bisa menjelma menjadi modal sosial untuk menyelesaikan persoalan-persoalan bangsa tak berhenti pada persoalan kemiskinan saja.
Pemimpin formal seperti gubernur dan bupati harus bergerak bukan dengan imbauan atau ajakan untuk peduli tetapi dengan sikap yang mengedepankan sense of crisis.
Mereka harus mengambil langkah terdepan untuk menunjukkan kepeduliannya melalui tindakan nyata. Bagaimanapun pemimpin yang memberi contoh langsung akan diikuti oleh masyarakat dibanding pemimpin yang hanya pandai berorasi tanpa aksi. Sebuah teladan dari seorang pemimpin sangat efektif untuk menggerakkan kedermawanan sosial. Masyarakat kini lebih menyukai sosok pemimpin yang bisa menginspirasi dibanding pemimpin yang hanya bisa menyuruh. Masyarakat mudah disentuh oleh sebuah keteladanan daripada oleh sebuah perintah.
Peran sekolah juga sangat strategis untuk menumbuhkan semangat kedermawanan sosial. Karakter peduli dan cinta kasih bisa ditanamkan di sekolah. Para guru bisa menumbuhkan solidaritas sosial siswa-siwanya melalui kegiatan belajar mengajar.
Mereka (para guru) dapat memberi motivasi agar anak didiknya mau berpartisipasi membantu masyarakat yang ditimpa kesusahan sekaligus memberi contoh langsung dengan mengumpulkan sumbangan sukarela di sekolah-sekolah. Praktik langsung bisa dijakan media siswa untuk belajar berbagi, belajar peduli, belajar mengembangkan empati.
Yang tak kalah pentingnya adalah peran media. Peran media juga sangat dibutuhkan untuk menggalang kepedulian masyarakat. Media bisa mengabarkan arti penting solidaritas di tengah-tengah kemiskinan. Media bisa mengabarkan bahwa para korban sangat membutuhkan uluran tangan masyarakat. Selain itu, media juga bisa mengangkat kisah-kisah derita kaum miskin. Dengan demikian masyarakat akan tergugah dan terpanggil untuk membantu. Simpati dan empati masyarakat akan tumbuh dengan menyaksikan berita di media.
Akhirnya kedermawanan sosial ini ini benar-benar menjadi aset nyata untuk menghadapi persoalan-persoalan bangsa yang kian hari kian berat. Kedermawanan sosial sudah selayaknya menjadi karakter dasar masyarakat Indonesia. Sebab, Pancasila sebagai dasar negara Indonesia telah menuntun kita untuk memperkuat dan menggerakkan kedermawanan sosial. (Red)
Tentang penulis:
Eko Supriatno, Dosen UNMA Banten, Pekerja sosial di Laboratorium Sosial, Direktur pada Banten Religion and Culture Center (BRCC) dan Pembina pada Future Leader for Anti Corruption (FLAC) Regional Banten.