Episode Tobat
Kisah sebelumnya, baca di sini!
TADI malam Adi melakukan tarawih di rumah bersama Wardah, sementara Sahid melakukannya berjamaah di masjid.
Adi telah lumayan pulih dari flu dan meriang yang menyerangnya kemarin, hanya batuk yang masih tersisa karena tenggorokannya gatal. Begitulah siklus penyakit flu yang biasa diderita Adi, dimulai dengan sakit tenggorokan kemudian disusul bersin-bersin, demam, dan diakhiri batuk akibat tenggorokannya gatal.
Selama mengalami suhu tubuh yang tinggi, Adi banyak mengingat cerita dari Kiai Faris tentang perlunya banyak istighfar sebagai bentuk ikhtiar yang dilakukan oleh penduduk Tanah Suci Mekkah.
Anehnya, setiap kali Adi mengucap istighfar, tiap kali itu terlintas bayangan berbagai kesalahan yang pernah ia lakukan sejak kecil hingga saat ini. Adi sempat berpikir, mungkin pikirannya melayang karena demam yang dideritanya dengan suhu tubuh hingga 39 derajat celcius yang terbaca di termometer ketika Warda memeriksa suhu tubuhnya.
Bersamaan dengan bayangan yang muncul, terngiang juga nasihat Ustad Aslah bahwa Nabi Muhammad Saw. pernah bersabda mengenai seorang muslim tak akan tertimpa penyakit, kecuali Allah menghilangkan penyakit tersebut bersamaan dengan dosa-dosanya.
Dalam demamnya, Adi berpikir, mungkin inilah yang dimaksud hadis tersebut, bahwa ketika sakit maka tingkat kesadaran beragama seseorang akan meningkat, sehingga merasa sangat lemah tidak berdaya dan berusaha memasrahkan keadaan dirinya kepada Sang Maha Pencipta, maka hanya Allah-lah yang ada dalam benaknya sehingga berusaha memohon ampunan atas segala dosa dan kesalahan yang telah dilakukan selama hidup.
Sebetulnya, sejak meninggalnya ayahanda tercinta, dan Adi masuk ke liang lahat untuk menguburkannya, telah tumbuh kesadaran pada dirinya untuk lebih berhati-hati dalam menjalani hidup dan kehidupannya. Hampir setiap sepertiga malam terakhir, Adi menyempatkan diri untuk melakukan shalat sunnah tobat sebagai bentuk permohonan ampunan atas berbagai kesalahan yang ia lakukan selama ini.
Bahkan, Adi berpendapat bahwa sebagai manusia tidak pernah lepas dari kesalahan yang dilakukan setiap harinya, baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Sehingga Adi menganggap bahwa shalat tobat itu harus dilakukan setiap hari.
“Manusia itu memang tempatnya khilaf, jadi sudah pasti penuh dengan kesalahan dan cenderung mengulangi terus berbagai kesalahan yang pernah dilakukan,” ucap Ustad Aslah pada suatu ketika.
“Hanya Baginda Rasul yang memiliki sifat maksum, terpelihara dari dosa, itu pun beliau pernah melakukan kesalahan ketika mengabaikan seorang buta dan Allah menurunkan firmanNya untuk mengingatkan Baginda Rasul,” lanjut Ustad Aslah.
Dari perkataan Ustad Aslah tersebut, Adi memperoleh pemahaman bahwa sudah seharusnya setiap manusia bertobat sesering mungkin, karena kesalahan merupakan sesuatu yang melekat pada diri manusia. Itulah sebabnya dalam hadis riwayat Muslim dinyatakan bahwa Rasulullah pernah berkata, “Wahai sekalian manusia. Tobatlah (beristigfar) kepada Allah karena aku selalu bertaubat kepadaNya dalam sehari sebanyak 100 kali.”
“Astaghfirullahal’adzim, alladzi la ilaha illa huwal hayyul qoyyumu wa atubu ilaih,” ucap Adi berulang ulang sambil berbaring di sofa ruang tamu.
Ucapan tersebut oleh sebagian ulama yang dimaksud sebagai ucapan istighfar yang utama karena mengandung makna “Aku meminta ampun pada Allah yang Mahaagung, yang tiada Tuhan selain Dia yang Mahahidup lagi Mahaberdiri Sendiri, dan aku bertobat kepadaNya.”
“Alhamdulillah,” ucap Adi ketika mendengar adzan Zuhur berkumandang.
Suhu tubuh Adi kembali normal di 37 derajat celcius ketika terbangun dalam keadaan handuk basah sebagai kompres menempel di dahinya.
“Selalu ada hikmah dari setiap kejadian yang menimpa manusia,” bisik Adi perlahan, berbicara pada dirinya sendiri.
“Karena sakit ini, aku jadi ingat banyak petuah dan nasihat tentang pentingnya selalu bertobat dan beristighfar,” batin Adi dalam hati sambil mengingat sebuah hadis dari Muslim, “Sungguh unik perkaranya orang mukmin, sesungguhnya seluruh perkaranya baik, dan itu tidaklah dimiliki kecuali oleh orang mukmin. Apabila ia diberi nikmat, ia bersyukur, dan ini baik baginya dan apabila ditimpa musibah, dia bersabar, dan ini baik pula baginya.”
(Bersambung)
Penulis: Boyke Pribadi
Editor: Setiawan Chogah