biem.co – Hidup ini sederhana, begitu kata orang-orang bijak. Kalau kita mau memikirkan lebih panjang (dan lebih tenang), kalimat itu benar adanya. Kitalah sebagai manusia yang cenderung mempersulit diri dengan melakukan hal-hal yang pada akhirnya cuma membuat kita tertekan dan stres.
Mungkin itulah alasan mengapa Tuhan menciptakan adanya akhir pekan di antara Senin dan Minggu. Kita perlu membebaskann diri keruwetan pikiran. Kita perlu penyegaran. Kita perlu piknik! Pergi ke luar rumah, mengunjungi tempat-tempat baru, dan melakukan sesuatu yang menyenangkan untuk melepas stres sebelum kembali ke rutinitas.
Namun, sekadar menyegarkan pikiran pun kadang tak cukup, terutama bila kita tidak membersihkan kepala dari racun-racun pikiran. Kita masih membiarkan pikiran negatif tumbuh subur jika kita masih khawatir berlebihan tentang pendapat orang lain, mempermasalahkan hal-hal kecil, dan mengeluh sepanjang waktu.
Memperbarui diri dengan mengeluarkan pikiran buruk adalah kunci untuk hidup sederhana dan bahagia seperti yang selalu kita impikan. Bagaimana cara melakukannya? Mari kita lakukan pembersihan besar-besaran racun pikiran di kepala kita dengan 9 langkah sederhana yang disarankan The Washington Post seperti yang biem kutip dari linkn.mob, Senin (19/9/2016) berikut:
Lepaskan Sisi Perfeksionisme Sejenak
Sebenarnya menjadi seseorang yang perfeksionis adalah hal positif. Ini membuat kita melakukan segala hal dengan kemampuan terbaik. Terapkan sikap perfeksionis dalam pekerjaan dan proyek yang sedang kamu kerjakan. Tetapi jangan menuntut kesempurnaan 100 persen dalam kehidupan. Karena hidup tidak akan pernah sempurna. Memaksakan kehendak terhadap sesuatu yang tidak mungkin terjadi hanya akan membuat kita terluka.
Jangan Ikut Campur Urusan Orang Lain
Mind your own business! Tak perlu menyusahkan diri sendiri dengan ikut campur urusan orang lain atau ingin tahu kehidupan orang lain. Kalau memang bukan urusan kita, kenapa kita harus ikut ribet?
Berhenti Mengecilkan dan Membatasi Diri
Memegang keyakinan tentang apa yang tidak dapat kita lakukan tak ubahnya menggambar lingkaran dari kapur di sekeliling kita. Garis itu bukan hambatan berarti, tetapi kita memperlakukannya seperti dinding beton yang tak bisa dirobohkan.
Berhenti Mengeluh dan Menyalahkan
Mengeluh setiap waktu seperti halnya menyugesti diri sendiri terhadap pikiran negatif. Sementara menyalahkan keadaan menunjukkan kalau kita tidak memiliki sisi introspektif. Keduanya sama-sama tidak membuahkan solusi.
Berhenti Mencoba Membuat Semua Orang Terkesan
Tak masalah kalau kita memiliki pemikiran yang berbeda dibandingkan orang lain. Tak masalah kalau orang lain tak puas dengan langkah yang kita ambil. Jangan mengukur diri sendiri dengan kacamata orang lain. Terlalu mengkhawatirkan pendapat orang lain hanya akan membuat kita kehilangan jati diri perlahan-lahan.
Jika Berbuat Salah, Perbaikilah
Saat kita melakukan kesalahan, biasanya kita dikuasai penyesalan yang berkepanjangan. Rasa bersalah dan malu membuat kita terpuruk, kadang membuat kita terdorong untuk lari dari kenyataan. Hadapilah kesalahanmu, karena kesalahan itu akan selalu ada di sana, menunggu untuk diperbaiki. Jika kita tak lagi memiliki kuasa untuk memperbaikinya, setidaknya kita bisa meminta maaf. Entah meminta maaf pada orang yang kita sakiti atau kepada diri sendiri.
Selesaikan Urusan yang Belum Tuntas
Urusan atau masalah yang tak segera diselesaikan tak ubahnya batu yang mengganjal langkah kita. Memang lebih mudah untuk lari dan mengabaikannya. Namun memilih untuk menyelesaikannya akan membuat hidup kita jauh lebih ringan.
Belajar Memaafkan
Memaafkan orang yang telah menyakiti kita atau memaafkan diri sendiri yang sudah melakukan banyak kesalahan merupakan jalan terbaik untuk berdamai dengan hari kemarin. Dengan cara ini kita bisa melepaskan sedikit beban di pikiran kita.
Berhenti Menyalurkan Emosi dengan Hal Negatif
Berhentilah menyalurkan emosi dengan hal-hal negatif, misalnya makan berlebihan, bekerja tanpa henti, atau ‘menyemprot’ orang lain.
Sebagai gantinya, cobalah untuk meresapi emosi yang kita rasakan. Cobalah untuk berdiam diri dan merasakan kesedihan, amarah, atau malu sepenuhnya. Emosi tak ubahnya cuaca, alami dan selalu berubah. Kita dilahirkan untuk merasakan semua jenis emosi. Jadi biarkan tubuh kita ‘mencernanya’.
Bagaimana? Sahabat biem sudah lebih siap untuk lebih bahagia? Tips di atas tetap tak bearti apa-apa kalau kita tak pernah mau mempraktikkannya. Selamat mencoba, ya! (red)