Sosok

Pedagang Sosis Keliling Raih Cumlaude di UIN Banten

KOTA SERANG, biem.co – Keterbatasan ekonomi dan berasal dari kampung yang sangat jauh dari kota bukan berarti harapan untuk kuliah di Universitas Negeri dan lulus itu tidak ada.

Hal ini dibuktikan oleh seorang putri yang tinggal di pelosok Banten tepatnya di Katapang, Wanasalam, Kabupaten Lebak, Banten, Raikah Damayanti. Dia lulus pada Juni 2019 dan bergelar Sarjana Hukum (SH) di UIN SMH Banten dengan predikat Cumlaude!

Raikah, tanpa dibiayai oleh orangtuanya dan bermodalkan jualan sosis keliling berhasil membuktikan, bahwa jika ada niat dan sungguh-sungguh, akan ada jalan.

Hal itu berdasarkan penuturan pemilik Stephen Aly Alhidyah.

Inilah kiriman lengkapnya.

#SemuaBisaKuliah

Ini kisahku, yang tidak kebanyakan orang tahu.

Selamat membaca.

Dulu setelah lulus Aliyah orangtua saya mengatakan sudah cukup sekolahnya sampai Aliyah saja. Karena keduanya tidak sanggup untuk membiayai kuliah apa lagi harus pergi jauh dari kampung belum memikirkan biaya hidup sehari-hari, harus bayar tempat tinggal,ini dan itu. mau punya uang dari mana?

Saya tidak berhenti disitu, setelah saya pikir-pikir kakak saya bisa kuliah tanpa biaya dari ibu dan abah, lalu apa bedanya saya? Kenapa saya tidak bisa?

“Terlahir sebagai anak perempuan membuat saya harus berpikir cerdas.”

Singkat cerita, setelah mendapat restu dari keduanya. (ini dibantu paksa oleh kakak)

Alhmdulillah saya diterima di kampus UIN Banten. Meskipun lulus tanpa beasiswa ini membuatnya saya harus perpikir lebih keras lagi.

Saya sudah tekadkan dari awal kalau saya bisa kuliah tanpa beasiswa dan biaya dari orangtua.

Kata kakak saya, “Buktikan kah sama ibu dan abah kalau ikah bisa kuliah tanpa beasiswa dan jangan minta uang ke ibu berapapun itu. Kita punya Allah, Yakin sama Allah. Ini sungguh jalan untuk ikah langsung dari Allah,” ucap kakak menyemangati.

Dulu sempat berpikir, apa saya bisa? Tidak tau apa-apa, tidak ada orang yang saya kenal, lalu tinggal di kota tanpa biaya? Mau makan gimana? Tinggal dimna? Ya Allah. Ini sungguh amat perih.

Satu yang selalu ada di pikiran saya, dan itu sudah tertanam dari awal pengumuman lulus seleksi, “Ada Allah, Yakin sama Allah” Bisa, Bisa,dan bisa !! Bismillah

Langkah awal yang saya lakukan ketika pertama masuk kuliah yaitu saya harus jadi yang terbaik dikelas dan harus memperbanyak teman, memperluas jaringan kesana sini. Kuliah tetap nomor satu, danoOrganisasi tetap bisa ikut.

Lalu untuk makan sehari-hari gimna?

untuk makan dan biaya sehari-hari saya belajar untuk ikut-ikut jualan, mulai dari jualan pulsa, bantuin temen jualan kaos kaki, manset dll. Bahkan saya pernah bantu senior jualan sosis bakar keliling kelas dan keuntungan dari jualan sosis itu cuma 250 perak/tusuk. Dan keuntungan perhari cuma 7000-20.000.

MasyaAllah Alhmdulillah dari jualan sosis itu bisa buat saya beli makan.

Kadang suka iri ya liat temen, “Jangan ditiru yak sifat iri itu tidak baik” katanya dikirim uang perbulan Rp1 juta sama orangtuanya, sementara saya harus keliling kelas jualan menahan malu dalam hati, untuk bisa makan pulang kuliahnya.

Ibu, abah bukannya tidak peduli. Mereka selalu menanyakan kabar, bisa makan nggak? ikah makan apa? punya uang jajan??? Sambil menahan tangis. Saya selalu berusaha baik-baik saja, dan menjawab untuk meyakinkan meraka inshaa Allah ada bu, mohon doanya saja.

“Padahal uang didompet cuma ada 2000” bukannya ingin berbohong, hanya saya ingin membuktikan saya bisa dan masih ada Allah. Buktinya alhmdulillah saya belum pernah sampai tidak makan, Maha Baik Allah.

Saya terus berusaha lagi, perpikir lebih keras lagi! Saya tidak boleh cuma jualan sosis. Tapi saya bosen keliling kelas terus, saya ingin sambil kuliah saya jualan, di organisasi jualan, di kostan jualan dan dimanapun saya, saya ingin jualan.

Alhmdulillah saya belajar jualan online dan terus jualan kesana sini, promo kemana-mana tak terasa sudah banyak reseller-reseller yang ngambil barang dari saya. Hampir di setiap jurusan yang ada di Kampus UIN mereka bagian dari Reseller saya, hee

Sampai kewalahan karena setiap hari Cash on Delivery (COD) kemana-mana. Akhirnya dari sini saya sering kirim uang ke ibu. Alhmdulillah

[Orangtua heran, dapat uang dari mana?bisa ngasih segala ke rumah. katanya ibu mah sudah tidak bantu biayain juga bersykur, tak perlu dikirim-kirim buat jajan saja].

Tapi inilah salah satu omongan kakak yang ingin saya buktikan, kalau Kuliah itu bisa tanpa biaya dari orangtua dan lebihnya Allah berikan saya kesempatan untuk berbagi kepada orangtua. MasyaAllah ini nikmat yang luar biasa.

Lagi-lagi Allah membatu saya, di pertengahan perkulihan saya dipanggil kejurusan kata staf jurusan karena nilai kamu yang paling tinggi dikelas kamu bisa dapat Beasiswa Bidikmisi, menggantikan teman kmu.

Allahu akbar, Ya Allah aku tidak henti-henti memujiMu Ya Rabb Maha Baik engkau

padahal dulu saya sudah daftar dan tidak lolos, karena ketinggalan info wawancara, akhirnya hangus.

Mungkin memang masih rezkinya tanpa tes tanpa wawancara, saya diberikan kesempatan untuk jadi bagaian dari Mahasiswa Bidikmisi.

Alhamdulillah ala kulli hal, segala puji bagi Allah. Akhrinya saya bisa menyelesaikan Kuliah ini tepat waktu.

Tepatnya 15 Juni 2019, alhmdulillah ini kenang-kenangan dari Fakultas Syriah

Meskipun beda satu angka dengan teman saya Mirna R beliau dapat IPK 3,84 sementara saya 3,83 tapi ini sungguh nikmat yang luar biasa di tahun ini.

Terimakasih untuk kedua orangtua, tanpa mereka saya bukan siapa-siapa, kaka-kaka saya sang motivator luar biasa, keluraga, sahabat, teman dan kalian semua. (red)

Editor: Irwan Yusdiansyah

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button