Puisi

Sajak-sajak B.B. Soegiono

Oleh B.B. Soegiono

SEPANJANG PERJALANAN GIANYAR-DENPASAR

di atas aspal
dengan sepeda motor vario
masih kulihat tembok-tembok tua
bekas Belanda
juga anak kecil,
pemuda,
orang tua
nenek-nenek
miskin

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

pemerintah musti tahu
jangan cuma aku
sebab presiden sudah ganti melulu
dan kemelaratan belum juga habis.

Gianyar-Denpasar, Juni 2019

 

GERANAT DAN PISTOL

waktu itu kita bagi senjata
granat dan pistol
bekal medan perang

ketika peluru musuh
masuk dalam daging lengan
sebelah kiri
dan paha sebelah kanan
aku tergeletak
seakan dunia padam
matahari hilang
anak dan istri
jadi mimpi
dalam tidur menakutkan

kau masih bisa tertawa
dengan tubuhku yang telah terbaring
di atas tanah basah
karena darah

katamu waktu itu:
“kawan, perjuangan kita masih panjang
kau sudah lemas begitu
sudah merengek
seperti bayi yang baru dilahirkan.”

napasku mulai menebas-nebas udara
keringat dan darah banjir
jadikan baju putih;
basah dan merah amis

senjata digenggam
jadi tongkat
aku berdiri pelan
sampai dengan posisi duduk
seperti di atas kakus

dengan perlahan
aku selipkan ujung granat
di lubang kecil
batang pohon yang tumbang
karena bondet

kutembak musuh-musuh
jauh di depan
kuratakan
kubantai mereka
dengan granat

“Merdeka” kataku

tiba-tiba suara ringkih
ke depan telinga:
“kawan, ini sudah bukan lagi tentang merdeka
perang ini untuk membebaskan manusia
dari keterkutukan penguasa
yang menjadikannya budak.
kau perlu ingat
kita sudah lama merdeka dari penjajah
musuh kita itu bukan lagi mereka
yang dari jauh.
musuh kita begitu dekat
mereka adalah orang-orang tirani bangsa ini.”

seketika aku tercengang
mendatangi mayat-mayat musuh itu
kubalik badannya yang tersungkur
kupantau lebih tajam
rupanya benar!
mereka adalah orang-orang elit bangsa ini
yang begitu bengis karena kepentingan

Gianyar, Juni 2019

 

KEPADA KIM AL GHOZALI

di dalam sebuah kos. kamarmu
aku, temukan jurang
kesepian
begitu dalam
seperti lembah hitam
rawa kumuh
tidak tersentuh manusia
dan binatang
kecuali angin
yang berderu
dari sebuah kipas listrik

lampu suram
tumpukan buku
lemari plastik dan kayu
jadi tempat bersandar.
seperti jam dinding. kamarmu
yang menggantung
pada tembok berwarna janur.

Denpasar, Juni 2019

ADALAH KAMU

adalah kamu perempuan
yang tak mati-mati
meski sudah jauh
yang tak hancur lebur
meski sudah rampuh
tenggelam.
dalam kotor tanah
dingin mengigit
seperti taring anjing dan serigala
yang menusuk perlahan
merobek kulit dan daging
tumpah darah
seperti rindu yang berantakan
terpecah.
tanpa bisa dipilah
dan disatukan
kecuali dalam kematian.

Gianyar, Juni 2019

KAMAR MANDI WANITA

beragam macam keranjang
warna dan isinya; juga:
——— sabun,
——— sampo,
——— pasta gigi,
——— sikat kaki,
——— pembersih wajah,
——— pelembut kulit,
——— penghilang bau kemaluan,
——— pencukur bulu ketiak,
semua ada di dalam.
tembok dan lantai sama bersih
saling menjaga dan merawat
tidak semaunya masuk
tinggalkan kotor

wanita perawat kamar mandi
sedang lelaki tidak peduli
bersih atau tidak
yang penting bisa dinikmati
dan kencing berdiri

kadang ada yang menyiram
air kencingnya
kadang dibiarkan
sampai bau busuk
seperti sewaktu tai
yang dibiarkan begitu saja
dalam genangan toilet
jadi hitam dan menyengat

memang busuk
memang menyengat
memang bau
memang begitu lelaki
Jika dibedakan dengan wanita
namun kekotoran kamar mandi
lelaki. tak sekotor kamar mandi
di istana. di sana sangatlah kotor.
baunya menyengat ke mana-mana.
tak lagi seperti tai yang mengambang di dalam toilet
tak disiram berhari-hari.
tapi sebusuk mayat-mayat manusia
yang tergeletak;
——— di pinggir jalan
——— di tepi pantai
——— di dasar kali
tanpa ada yang mau menolong:
——— menggotong,
——— memakamkan,
——— membakar.

anjing-anjing liar sesukanya
menyeret kaki dan menyantap
lengannya. terputus.
ikan-ikan memakan bola mata
dan isi perutnya
yang busuk
sebab muntah uang rakyat

begitulah, kotor kamar mandi di istana
lebih bersih kamar mandi lelaki
meski tak sesurga kamar mandi wanita.

Gianyar, Juli 2019

JIKA RAKYAT ADALAH AKU

tak semua orang tahu tentang aku
seorang yang bersembunyi
di balik tulisan berita:
——— dalam koran
——— majalah cetak
——— media elektronik
——— dan sebagainya

orang-orang pada bertanya:
“siapa orang itu?
siapa dia sebenarnya?
dasar bajingan!
keparat!” katanya sambil meludah.

aku semakin bersembunyi
semakin mencari:
——— tempat-tempat sunyi
——— tempat-tempat sepi
yang hanya ada suara jangkrik dan tokek
serta jeritan belalang yang terinjak
sepatu kulit milik mereka
bukan karena takut
aku menghindar,
berlari,
bersembunyi,
bukan karena mereka
yang mencari adalah
TNI dan Polisi
tapi khawatir
jika aku tertangkap
tidak ada lagi yang peduli pada rakyat
sebab rakyat adalah nyawa;
semacam roh bagi kehidupan negara
rakyat bukan melulu yang tunduk
pada kekuasaan
bukan pula yang menjadi keset
dan serbet untuk membersihkan
kaki tangannya
rakyat harus seperti pendekar:
——— dari mental,
——— keberanian,
——— dan tindakan
——— saling menjaga
——— melindungi siapa saja
——— kaya maupun miskin
——— harus dibela,
jika penguasa
mulai merapas hak-haknya

namun,
jika rakyat adalah aku
kalian mau apa?

Denpasar, Juni 2019


B.B. Soegiono, lahir di Tempuran, Bantaran, Probolinggo, tanggal 11 Oktober 1996. Kini mengembara di Singaraja—menjadi seorang penyair, cerpenis, dan esais. Email: [email protected]. Instagram b.b.soegiono. Penulis buku puisi Saga Mentari.

Editor: Redaksi

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button