Opini

Arta Rusidarma Putra: Pandemic Fatigue

biem.co Pandemic fatigue, seperti yang dilansir WHO merupakan munculnya denotivasi untuk mengikuti berbagai langkah perlindungan yang direkomendasikan. Hal ini harusnya menjadi salah satu fokus perhatian karena merupakan penyebab meningkatnya kasus Covid-19 akhir-akhir ini.

Orang-orang mulai mengurangi upaya dalam melindungi diri mereka, serta berkurangnya kekhawatiran terhadap virus. Pada saat awal pandemi, terjadi fenomena panic buying di mana produk seperti hand sanitizer, masker, tisu basah dan makanan instan habis diborong oleh masyarakat dengan alasan untuk persediaan di rumah. Sehingga membuat harga akan produk-produk tersebut meroket tajam.

Semua sudut tempat keramaian ditutup dan disemprot disinfektan serta jarang ada orang yang berani keluar rumah untuk sekadar melepas rasa bosan. Orang-orang dulu hanya keluar rumah untuk keperluan mendesak seperti berbelanja kebutuhan sehari-hari atau ke apotek.

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Namun akhir-akhir ini semua sudah mulai berubah. Orang-orang sudah mulai bosan di rumah. Di samping tuntutan pekerjaan, sekarang sudah lebih berani makan dan main di luar, bahkan berlibur ke luar kota. Segala aktivitas sudah kembali normal. Sampai-sampai ketika ada imbauan untuk tetap di rumah saja, serasa ingin menjawab, “kemarin kan sudah berbulan-bulan?”.

Selain itu, faktor-faktor seperti terlalu lama bekerja dari rumah, anak-anak dan mahasiswa belajar dengan daring, tidak dapat merayakan pencapaian bersama teman dan sanak keluarga, atau tidak berada di sana untuk meratapi orang yang dicintai menimbulkan kelelahan itu nyata adanya.

Keadaan seperti ini adalah normal adanya karena menurut teori psikologi menerangkan bahwa sebanyak 50 persen orang akan tergoda untuk kembali ke kebiasaan lama setelah 6 bulan melakukan aturan ketat terkait dengan kesehatan. Hal ini banyak dialami, terutama oleh remaja dan orang dewasa muda di mana mereka butuh untuk selalu bersosialisasi membangun jaring pertemanan sehingga membuat mereka tergoda untuk melanggar aturan karena mereka beranggapan bahwa resiko bahaya Covid-19 rendah.

Jika kelelahan fisik dan mental seperti ini terjadi seiring dengan menurunnya kasus Covid-19 mungkin tidak perlu dipermasalahkan. Namun pada kenyataannya, jumlah kasus di Indonesia belum menurun. Hal ini disebabkan karena orang-orang sudah mulai cuek dan cenderung mengabaikan protokol kesehatan sehingga menciptakan pola pikir seperti selama kurang lebih 8 bulan ternyata kondisinya baik-baik saja meskipun hidup di tengah pandemi Covid-19 saat ini.

Pola pikir yang seperti ini yang menyebabkan orang-orang lengah dan kecolongan sehingga kasus Covid-19 meningkat kembali. Potensi terpapar masih terus ada dan menghantui. Bahkan tidak menutup kemungkinan pada kondisi saat ini orang yang terpapar dan meninggal makin dekat dengan inner circle kita.

Berita dan informasi tentang vaksin Covid-19 yang disebut akan segera diproduksi dan didistribusikan sontak menghebohkan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Informasi vaksin Covid-19 yang setengah-setengah ini justru membuat orang semakin mengalami Pandemic fatigue yang lebih parah karena banyak orang akan berpikir seolah-olah merasa akan segera terbebas dari pandemi Covid-19, sehingga berujung pada sikap yang semakin cuek dengan protokol kesehatan.

Kondisi kelelahan secara fisik dan mental yang dialami karena sudah bosan dengan situasi pandemi seperti ini sangat berpotensi menggagalkan penanggulangan Covid-19 dan dapat menjadikan situasi semakin fatal dan berbahaya. Semakin banyak orang yang terjebak dalam kelelahan pandemi, maka semakin banyak pula pelanggaran protokol kesehatan yang terjadi.

Demi mencegah hal itu terjadi, ada baiknya melakukan antisipasi sebagai berikut:

1) Selalu mengingatkan diri sendiri bahwa ada situasi yang tidak dapat dikontrol sampai batas waktu yang tidak bisa ditentukan. Oleh karena itu, kita hanya bisa mengontrol diri kita sendiri dengan selalu patuh terhadap protokol kesehatan yaitu dengan sering cuci tangan, memakai masker, menjaga jarak dengan orang lain. Untuk saat ini, protokol kesehatan adalah vaksin yang paling ampuh dalam menghadapi kehidupan di tengah pandemi seperti saat ini;

2) Tetap berhubungan dan bertukar pikiran dengan teman-teman. Apabila dinilai terlalu berisiko untuk saling bertemu, dapat dilakukan dengan virtual. Saling bercerita tentang kondisi dan perasaan serta dapat saling mengingatkan bahaya dan resiko jika mengabaikan protokol kesehatan;

3) Lebih bijaksana dalam membaca informasi di media massa atau media sosial agar dapat terhindar dari pemikiran-pemikiran yang bersifat negatif karena akan sangat berpengaruh terhadap perilaku seseorang. Membaca dan mendengarkan informasi dari sumber yang akurat dan tetap bersikap positif untuk mengatasi situasi dengan efisien.

Pada intinya, kecemasan dan ketakutan yang berkepanjangan terkait pandemi saat ini adalah penyebab utama kelelahan pandemi. Karena akhir pandemi ini tidak dapat ditentukan, sangat penting bagi semua orang untuk mencari cara dalam mengatasi situasi saat ini. Namun pandemic fatigue ini jangan sampai menjadikan kita kecolongan dan lengah dalam melawan Covid-19 dan tetap meningkatkan kewaspadaan dari setiap orang. (*)


Artha Rusidarma Putra adalah Dosen di Universitas Bina Bangsa. Aktif di berbagai forum sebagai Pengamat Sosial dan Pendidikan.

Editor: Yulia

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button